Saat kecil, saat Ramadan tugas yang harus dilakukan adalah mengisi buku kegiatan Ramadan. Dimana salah satunya adalah mengisi isi kultum.
Dulu saat pergi ke masjid untuk melakukan shalat tarawih, saya tak lupa membawa buku kegiatan Ramadan. Selepas shalat tarawih saya akan khusyuk menyimak kultum yang disampaikan oleh imam. Mencatat isi kultum dalam buku kegiatan Ramadan. Setelah itu saya harus berburu tanda tangan imam dan stempel masjid.
Kadang kalau tak bisa datang shalat tarawih, saya meminjam buku kegiatan Ramadan milik teman, hehehe. Buku kegiatan Ramadan ini sebenarnya sangat bagus tujuannya. Buku ini akan membuat siswa rajin beribadah di bulan Ramadan. Tak hanya ibadah puasa saja yang dicatat di buku ini, tetapi juga ibadah-ibadah lainnya. Misalnya shalat wajib, membaca Al Qur'an dan melaksanakan shalat tarawih.
Dulu saat masih kecil mungkin saya termasuk yang tidak suka dengan buku ini. Buku ini terkesan merepotkan. Pegal kalau harus mencatat isi kultum. Malas untuk antri berburu tanda tangan imam dan stempel masjid, hehehe. Tetapi siapa sangka, kali ini saya malah rindu dengan buku tersebut. Lucu!
Kultum Ala Generasi Alfa
Lalu bagaimana dengan sekarang? Apakah generasi alfa juga mengenal buku tersebut ya?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ijinkan saya membahas apa itu generasi alfa. Analis sosial-cum-demograf Mark McCrindle dari grup peneliti McCrindle adalah orang pertama yang membuka topik ini: tentang nama generasi yang lahir di abad 21.
Dalam makalah Beyond Z : Meet Generation Alpha, ia mengungkapkan, generasi berikutnya akan dinamai sesuai abjad. Itu sebabnya mereka yang lahir setelah Generasi Z akan dipanggil Generasi A alias Generasi Alfa.
Tahun kelahiran generasi ini dimulai dari 2010. Menurut McCrindle, Generasi Alfa---yakni anak-anak dari Generasi Milenial---akan menjadi generasi paling banyak di antara yang pernah ada. Sekitar 2,5 juta Generasi Alfa lahir setiap minggu. Membuat jumlahnya akan bengkak menjadi sekitar 2 miliar pada 2025.
Generasi ini diprediksi akan jadi generasi yang jauh lebih terdidik daripada Generasi Z, lebih akrab dengan teknologi, dan jadi generasi paling sejahtera.