Jalanan ibukota sudah terlihat sepi. Banyak warga ibukota yang sudah mudik ke kampung halamannya. Termasuk teman-teman se kos Dinda sudah banyak yang pulang. Di kos tinggal Dinda dan Mauren yang memang nggak mudik. Lha wong dia yang punya kos an, hehe.
"Lu serius nggak mudik?" tanya Mauren pada Dinda yang hingga detik ini tak ada pergerakan untuk mudik. Dinda cuma menarik nafas. Dia tak tahu harus menjawab apa.
Bukannya dia tak mau pulang. Bukannya ia tak rindu pada mama dan adik-adiknya. Bukannya dia tak rindu dengan lezatnya kuliner Surabaya. Tapi, hatinya masih sakit. Luka dua tahun lalu itu tak kunjung sembuh. Mama nya maklum akan hal itu. Makanya dua kali lebaran, mama yang mengunjunginya.
Tapi tahun ini mama bilang tak bisa datang berkunjung. Harus siaga, karena Kinanti akan melahirkan. Kinanti adalah istri dari adik Dinda.
Dua tahun lalu, harusnya adalah pesta pernikahan Dinda. Tapi apa daya, tunangannya Rendy tega berkhianat. Rendy selingkuh dengan teman kerjanya. Nampaknya diklat PNS selama tiga bulan membuat Rendy terlibat cinta lokasi.
Padahal mereka sudah berpacaran selama 4 tahun dan sudah bertunangan. Hubungan jarak jauh Jakarta dan Surabaya yang dilakoni selama dua tahun memang sangat berat. Berulang kali sebelum putus, Rendy dan Dinda sering bertengkar. Banyak kesalapahaman yang terjadi diantara mereka. Ditambah lagi dengan kehadiran Tya. Sebelum ketahuan selingkuh, Dinda sudah curiga dengan hubungan antara Rendy dan Tya.
Hingga puncaknya, Dinda melihat ada foto mereka berdua sedang makan malam. Dinda murka. Tanpa mau mendengar penjelasan Rendy, Dinda memutuskan hubungan. Mengebalikan cincin pertunangan. Sejak saat itu Dinda menutup segala upaya Rendy untuk berkomunikasi dengannya.
Lalu Dinda jadi enggan pulang. Dia malu pada keluarga besarnya. Malu bila ada yang bertanya soal Rendy. Maklum, empat tahun pacaran membuat Rendy sudah dikenal oleh semua kelurga besarnya. Semua keluarga besarnya juga sangat menyukai Rendy. Bahkan menurut mereka mungkin Dinda yang salah paham. Mungkin Rendy tidak berselingkuh.
Telepon Dinda berdering. Eza adiknya menelpon. "Kak, pulanglah. Kami rindu berlebaran sama kakak". Lagi-lagi Dinda tak menjawab.
H-1 lebaran, Dinda menginjakkan kakinya di Bandara Juanda. Dia akhirnya pulang. Dia tak tega dengan mama. Mama pasti banyak pikiran. Pasti mama khawatir padanya, juga pasti sedang berdebar menanti kelahiran cucu pertamanya.
Saat menunggu jemputan, bahunya ditepuk oleh seseorang. Dinda terperangah. Rendy! Iya, laki-laki itu ada tepat dihadapannya. "Beri aku waktu sebentar, dengarkan penjelasanku. Setelah itu terserah kamu". Rendy berkata seraya berlutut. Sontak semua orang di bandara memperhatikan mereka berdua. Rendy tak mau berdiri sebelum Dinda berjanji akan mendengarkan penjelasannya.
Dinda menyerah, daripada seisi bandara memperhatikannya. Dia memberi Rendy kesempatan berbicara. Rendy menjelaskan bahwa dia tidak selingkuh dengan Tya. Mungkin belum berarti selingkuh. Dia memang dekat dengan Tya. Sempat tergoda, tapi dia sadar. Itu hanya perasaan sesaat. Mungkin hanya sekadar pelarian karena hubungan jarak jauh yang melelahkan baginya.
Dia memang pergi makan malam dengan Tya. Tapi bukan karena sengaja. Dia hanya mengantarkan Tya pulang sehabis menengok sesama teman kerja mereka. Lalu, Tya mentraktirnya makan malam. Foto mereka saat makan malam diambil oleh Dio. Dio juga teman kerja Rendy, yang ternyata ada di tempat makan itu. Dio memang iseng. Dia yang menyebarkan foto mereka berdua.
Jauh di lubuk hatinya, tak ada perasaan untuk Tya. Hanya ada cinta untuk Dinda. Rendy tak mungkin menghancurkan hubungan bertahun-tahun hanya untuk godaan sesaat. Sampai sekarang Rendy masih menunggu Dinda. Cincin pertunangan masih dia pakai. Cincin Dinda juga masih dia simpan.
Dinda hanya membisu mendengar penjelasan Rendy. Dadanya tiba-tiba sesak. Jantungnya berdegub kencang. Dia tak tahu harus merespon bagaimana.
Rendy meraih tangannya, "maafkan aku, aku janji nggak akan nakal lagi". Dinda masih tak bergeming. "Tolong Din, kembali padaku. Kita mulai lagi hubungan kita. Melanjutkkan rencana-rencana kita". Dinda menatap wajah Rendy dalam-dalam. Dinda tahu Rendy tak berbohong.
Tanpa Dinda sadari, kepalanya mengangguk. Dan dia diam saja saat Rendy merengkuhnya dalam pelukan. "Makasih sayang, aku janji nggak akan menyakiti kamu lagi".
Lebaran kali ini menjadi spesial bagi Dinda. Dia tak hanya pulang ke kampung halamannya. Tapi dia juga pulang ke hati yang selalu dirindukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H