Dinda menyerah, daripada seisi bandara memperhatikannya. Dia memberi Rendy kesempatan berbicara. Rendy menjelaskan bahwa dia tidak selingkuh dengan Tya. Mungkin belum berarti selingkuh. Dia memang dekat dengan Tya. Sempat tergoda, tapi dia sadar. Itu hanya perasaan sesaat. Mungkin hanya sekadar pelarian karena hubungan jarak jauh yang melelahkan baginya.
Dia memang pergi makan malam dengan Tya. Tapi bukan karena sengaja. Dia hanya mengantarkan Tya pulang sehabis menengok sesama teman kerja mereka. Lalu, Tya mentraktirnya makan malam. Foto mereka saat makan malam diambil oleh Dio. Dio juga teman kerja Rendy, yang ternyata ada di tempat makan itu. Dio memang iseng. Dia yang menyebarkan foto mereka berdua.
Jauh di lubuk hatinya, tak ada perasaan untuk Tya. Hanya ada cinta untuk Dinda. Rendy tak mungkin menghancurkan hubungan bertahun-tahun hanya untuk godaan sesaat. Sampai sekarang Rendy masih menunggu Dinda. Cincin pertunangan masih dia pakai. Cincin Dinda juga masih dia simpan.
Dinda hanya membisu mendengar penjelasan Rendy. Dadanya tiba-tiba sesak. Jantungnya berdegub kencang. Dia tak tahu harus merespon bagaimana.
Rendy meraih tangannya, "maafkan aku, aku janji nggak akan nakal lagi". Dinda masih tak bergeming. "Tolong Din, kembali padaku. Kita mulai lagi hubungan kita. Melanjutkkan rencana-rencana kita". Dinda menatap wajah Rendy dalam-dalam. Dinda tahu Rendy tak berbohong.
Tanpa Dinda sadari, kepalanya mengangguk. Dan dia diam saja saat Rendy merengkuhnya dalam pelukan. "Makasih sayang, aku janji nggak akan menyakiti kamu lagi".
Lebaran kali ini menjadi spesial bagi Dinda. Dia tak hanya pulang ke kampung halamannya. Tapi dia juga pulang ke hati yang selalu dirindukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H