" Lho, kamu kenapa nak? Kok di kantor polisi? Kenapa nak?". Suara mama terdengar parau. Rupanya mama sedang berbicara dengan seseorang ditelepon. Mama bicara sambil menangis. Saya pun khawatir, langsung saya menghampiri mama. Mama terus menangis. Saya ambil telepon di tangannya. Lalu saya ajak bicara orang di telepon itu, saat saya bicara telepon mendadak di putus.
Setelah tangisannya reda, mama bercerita bahwa telepon tadi adalah adik saya. Katanya dia ditangkap polisi. Saya cek nomornya, bukan nomor adik saya. Lalu saya telepon nomor adik saya. Dan ternyata nomornya aktif. Adik saya baik-baik saja. Dia sedang di kampus, ada kuliah. Ternyata telepon barusan adalah telepon penipuan.
Cyber Crime
Ini adalah kesekian kalinya orang-orang terdekat saya mengalami penipuan lewat telepon. Ya, jaman berubah. Modus kejahatan pun ikut berubah. Di era digital ini muncul kejahatan baru, yang disebut "cyber crime".
Secara sosiologis, cyber crime diartikan sebagai Cyber Crime adalah kejahatan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok dengan menggunakan sarana komputer dan alat telekomunikasi lainnya. Maraknya cyber crime di Indonesia membuat pemerintah mengeluarkan undang undang tentang informasi dan transaksi elektronik yaitu UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Salah satu jenis cyber crime yang sering muncul di masayarakat adalah kejahatan finansial melalui telepon. Ini banyak menjerat korban di masyarakat. Modusnya pun bermacam-macam. Berdasarkan pengalaman yang saya alami, setidaknya ada lima modus kejahatan finansial melalui telepon.
Lima Modus Kehahatan Finansial Lewat Telepon
1. Anggota Keluarga Ditangkap Polisi
Pertama, modus kejahatan funansial lewar telepon adalah pelaku akan mengaku sebagai polisi dan mengabarkan baru saja menahan salah seorang anggota keluarga kita. Korban yang panik biasanya akan langsung menyebutkan nama anak atau kerabat terkait untuk memastikan kabar yang ia terima.
Jika sudah begitu, pelaku makin mudah melancarkan aksinya. Seperti modus penipuan lainnya, aksi diakhiri dengan meminta korban mengirimkan sejumlah uang untuk membebaskan kerabatnya. Sebagaimana yang pernah dialami mama saya. Dapat kabar kalau adik saya ditahan di kantor polisi.
2. Anggota Keluarga Minta Pulsa
Mungkin ini adalah modus yang paling umum. Mendapat sms jika ada anggota keluarga yang butuh pulsa. Sebenarnya saat kondisi kita sedang baik-baik saja, kita bisa terhindar dari modus ini. Tapi kalau kita sedang sibuk dan tidak bisa berpikir jernih, pasti kita bisa masuk perangkap.
Seperti yang dialami oleh suami saya. Saat sibuk-sibuknya di kantor, dia menerima sms yang menyatakan kalau mama sedang butuh pulsa. Tanpa berpikir panjang, dia beli pulsa untuk nomer tersebut.
3. Sms Undian
Ada juga penipuan lewat telepon dengan modus undian. Korban diberitahu jika menang undian. Namun ujung-ujungnya diminta mentransfer uang. Saya sering mendapat sms seperti ini, namun tidak pernah saya hiraukan.
4. Penipuan Sedot  Saldo Gopay
Beberapa bulan lalu, adik perempuan saya mendapat telepon dari nomor yang tak dikenal. Setelah diajak ngomong panjang lebar, ujung-ujungnya adik saya memberikan pin gopaynya. Bisa ditebak kelanjutan ceritanya, saldo gopay adik saya pun terkuras habis.
5. Penipuan Penawaran Layanan Keuangan
Ada juga penipuan dengan modus menawarkan berbagai layanan keuangan, mulai dari kartu kredit hingga asuransi. Kadang kalau kita tidak waspada, kita bisa memberikan data pribadi kita. Lalu secara tiba-tiba uang direkening kita terpotong untuk kartu kredit ataupun asuransi, tanpa kita sadari.
Di bulan Ramadan biasanya modus penipuan finansial melalui telepon semakin marak. Kenali jenis-jenisnya, supaya kita semua waspada dan tidak menjadi korban. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi agar terhindar dari modus penipuan finansial lewat telepon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H