Mohon tunggu...
Dedy Muslihadi
Dedy Muslihadi Mohon Tunggu... Lainnya - Masyarakat Biasa

''Fastabiqul Khairat''

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

''Zero Waste'' dan Sebuah Gerakan Pemuda Desa

23 Agustus 2019   09:24 Diperbarui: 23 Agustus 2019   09:48 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat dengan Rich Horner?, penyelam asal Inggris yang melakukan penyelaman di Manta Point, Nusa Penida Bali. Rich Horner membuat vidio singkat tentang pengalamannya menyelam di Manta Point. 

Dalam video tersebut menunjukan tumpukan sampah, seakan-akan Rich sedang menyelam dilautan sampah. Keesokan harinya Rich Horner kembali menyelam di tempat yang sama di Manta Point, namun tidak menemukan sampah tersebut, karena sampah tersebut sudah terbawa arus ke Samudra Hindia.  

Tumpukan sampah hal serupa juga ditemui di Lombok, Nusa Tenggara Barat.  Pada bulan Maret lalu, wisatawan mancanegara asal California mengeluhkan sampah di salah satu objek wisata  di Gili Trawangan, Lombok Utara.

Produksi sampah dari waktu ke waktu akan terus mengalami peningkatan. Dilansir dari Republika.co.id, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB Syamsudin, mengakui volume sampah di 10 Kabupate/Kota di NTB mencapai 3.388 ton dan sampah yang dibuang per hari mencapai 76 ton. 

Sedangkan yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah 641,92 ton dan sudah di daur ulang hanya 51,21 ton perhari. Sementara yang tidak terkelola ada 2.695,63 ton atau 83 persen dari total sampah di NTB. Apalagi  jika dibuang dengan sembarangan, sudah barang tentu menjadi persoalan untuk lingkungan hidup yang kita tinggali ini.

Persoalan sampah tidak perlu menghabiskan waktu banyak untuk mengambil sampel atau contoh. Cukup lihat lingkungan sekitar kita atau tempat tinggal kita masing-masing, apakah sudah beres dengan baik atau belum?. 

Di desa saya misalnya, kondisi sampah masih belum teratasi dengan baik. Fasilitas Tempat Pembuangan Sampah (TPS) tidak tertata dengan baik dan bahkan TPA tidak ada. 

Satu-satunya tempat yang bisa dilakukan oleh warga adalah membuang sampah di kali mati, irigasi atau bahkan ke sungai. Bahayanya jika musim hujan tiba, saluran air tersebut akan membawa tumpukkan sampah ke laut, dan bahkan menyebabkan luapan air kepemukiman warga karena saluran air tersumbat oleh sampah.

Zero Waste dan Peran Pemuda Desa

''NTB Zero Waste'' adalah salah satu program pemerintah provinsi NTB untuk mewujudkan NTB bebas sampah pada tahun 2023. Salah satu cara untuk menunjang program tersebut adalah andanya pembentukan Bank Sampah di masing-masing Desa. 

Namun nyatanya kegiatan ini masih minim gerakan di Kabupaten/Kota apalagi di tataran Desa, sosialisasinya pun masih minim. Sehingga menangani hal tersebut tidak cukup dengan menyerahkan sepenuhnya ke pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi. 

Untuk itu perlu adanya keterlibatan semua elemen masyarakat untuk menangani hal tersebut. Apalagi hal ini bisa dilakukan oleh anak-anak muda yang tinggal di desa.  

Minggu lalu, 18 Agustus 2019 bertempat di Labuhan Carik Lombok Utara sebuah Komunitas Pemuda Desa Remaja Dasan Lendang berkolaborasi dengan Mahasiswa KKN Unram melakukan gerak baik yaitu gerakan Aksi Bakti Sosial Peduli Lingkungan Melalui Bersih-Bersih Pantai. 

Komunitas yang di dominasi oleh generasi milenial ini mengumpulkan sampah sepanjang garis bibir pantai Labuhan Carik. Gerakan ini juga dihadiri oleh teman-taman Pemuda dari Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan (STKIP) Hamzar, SMK Kesehatan serta perwakilan Karang Taruna Semangat Muda Desa Anyar.

Gerakan Aksi Bakti Sosial; Peduli Lingkungan Melalui Bersih-Bersih pantai ini diinisiasi oleh Komunitas Remaja Dasan Lendang dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74. 

Pada kegiatan tersebut gerakan ini telah mengumpulkan berbagai macam sampah pelastik. Selain aksi memungut sampah, kegiatan positif ini juga diisi dengan sebuah orasi untuk mngajak dan membagikan kantung sampah kepada masyarakat dan para pengunjung Labuhan Carik untuk mengumpulkan sampah. 

Kegiatan ini tidak sekedar seremonial belaka namun juga melibatkan anak-anak usia dini yang bertujuan untuk mengedukasi mereka sejak usia dini. Di kegitan ini anak-anak terlihat antusias, bahkan ada sebuah pertanyaan dari seroang anak kecil ketika memungut sampah, ''kan te bait sampah ne, akeq ne ngumbe? ( kenapa kita memungut sampah ini, buat apa?). Barangkali menurut kita pertanyaan ini sangat sederhana dan remeh, namun tidak bagi mereka. 

Sehingga melalui kegiatan ini mereka bisa belajar sekaligus meberikan pemahaman bagi mereka tentang pentingnya peduli terhadap lingkungan. Harapan kedepan, semoga kegiatan ini bisa dilakukan oleh berbagai pihak terutama pemuda desa agar terus menggenjarkan gerakan peduli lingkungan melalui desa. Sebab peran pemuda desa bukan lagi sebagai objek malainkan subyek untuk membangun desa. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun