Mohon tunggu...
Dedy Ramadhan
Dedy Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student at Djuanda University

Interested in Public Relations, Event Organizer, politics, social, movies, books, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Belajar dari Film Budi Pekerti, Mengapa Kita Harus Berhenti Foto atau Merekam Video Orang Lain Tanpa Izin

21 Januari 2024   12:09 Diperbarui: 21 Januari 2024   13:29 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram Budi Pekerti Film

Gak cuma itu, yang ada di internet mungkin gak selalu mencerminkan kenyataan, gak selalu benar, seperti yang ada dalam film "Budi Pekerti." Beberapa foto atau video bisa diedit atau disalahartikan, sehingga penting untuk selalu berpikir dua kali dan melakukan crosscheck sebelum membuat kesimpulan hanya dari melihat satu atau beberapa video.

Dalam film "Budi Pekerti," ada contoh nyata dari seorang penjual kue putu di Yogyakarta. Sebelum menjadi viral, si Mbah mampu menjalankan usahanya dengan baik. Namun, setelah videonya viral, banyak orang datang untuk membeli kue putunya. Mungkin bagi beberapa orang, ini terlihat sebagai rezeki nomplok, tetapi bagi si Mbah yang sudah tua renta, ini menjadi beban yang berat. 

Sebelum viral, ia masih bisa melayani pelanggan dengan baik, tetapi setelah viral, ia menjadi kesulitan dan bahkan jatuh sakit karena saking ramainya pembeli. Kisah ini menunjukkan bahwa apa yang baik bagi satu orang belum tentu baik bagi yang lain, dan semuanya berawal dari tindakan merekam video tanpa izin.

Dalam dunia yang begitu terhubung dan dipenuhi dengan informasi hanya melalui internet, penting bagi kita untuk terus mendidik diri sendiri dan orang lain tentang etika dalam bermedia sosial. Kita harus selalu ingat untuk meminta izin sebelum mengambil foto atau merekam video orang lain, terutama dalam momen-momen pribadi atau sensitif. CONSENT IS A KEY!

Kita hidup di dunia yang penuh dengan kemungkinan, kita harus menggunakan teknologi dengan bijak dan menghormati privasi orang lain. Dengan berpikir dua kali sebelum mengambil foto atau merekam video, kita dapat membantu menciptakan lingkungan digital yang lebih aman, saling menghormati, dan saling menghargai. Penting untuk diingat bahwa privasi adalah hak yang harus dihormati oleh semua orang.

Gue berharap semoga tulisan ini bisa membantu kita semua lebih sadar akan pentingnya menghormati privasi di era digital yang semakin canggih ini. Semoga kita bisa jadi bagian dari perubahan positif ini.

It starts with ourselves and influences others.

Notes: Terima kasih kepada Ibu dan Bapak Guru yang tadi mengajak anak-anak muridnya untuk menonton film Budi Pekerti di bioskop. Gue berharap film ini bisa ditonton oleh seluruh masyarakat Indonesia khususnya Gen Z dan Millennial sebagai generasi yang paling sering bermain media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun