"Kalian tau, aku khawatir anggaran kita akan dipangkas. Kalau sampai hal ini terjadi, matilah kita."
Mereka terdiam. Tak ada komentar. Keheningan menyergap. Solusi yang ada kini; mengurangi jumlah karyawan.
"Padahal telah lama kita berniat memberi insentif tambahan." Humm.. hahh' berulang kali Ameer menarik nafas panjang dan tak habis pikir dengan kejadian ini semua.
Ia sempat mengira, Corona hanya menjadi duka bagi yang telah ditinggalkan keluarganya. Tapi, makin kemari. Ternyata imbasnya sampai menyergap usahanya.
"Kadang kita harus menelan manisnya janji yang tak dapat terealisasi. Corona musibah untuk semua orang," ucap Rena memecah kebisuan.
"Tidak bisa tidak. Sepertinya kita tetap harus kurangi jumlah karyawan." Ameer tetap bersikukuh dengan caranya.
"Tapi bos, coba lihat mereka," tunjuk Rena.
Ameer kemudian menatap keluar. Memperhatikan karyawannya yang sedang berkerja. Beberapa dari mereka nampak sedang menyantap makan siang. Beberapa lagi bersiap menuju Musholla.
Yang lain disibukkan dengan mengetik berita hari ini. Corona tetap menjadi isu menarik bagi media cetak milik Ameer.
"Mereka telah lama bersama kita bos. Kerja mereka juga bagus," ucap Rena.
Ammer semakin bingung dengan pilihannya. Dalam situasi seperti ini. Ia juga tak mungkin menuntut maksimal.