"Ibu"
Semesta menangis
Melihat air matamu menetes
Dengan kulit yang mulai mengerut
Rambut yang mulai memutih
Bibir yang tak sempurna lagi untuk berucap
"aku rindu denganmu nak"
Rindu mengusap rambutmu
Rindu memangkumu
Rindu menyuapimu
Rindu meninabobokanmu
Rindu mendengar tawamu
Masih ku ingati
Ketika gigimu belum tumbuh
Kulitmu masih memerah
Dengan tangan mungilmu menyentu wajahku
Ibu Terjaga
Sesekali kau bermimpi dalam nyenyakmu
Entah apa yang kau impikan
Sesekali pulanglah nak
Jenguk ibumu ini yang sudah rentah
Ajaklah bercanda, tertawa
"aku"
Kini giliran anakmu yang menyuapimu
Meninabobokanmu
Terjaga di nyenyakmu
Kelak, jika kaki tak lagi mampu menopang tubuhmu
Gunakan tubuhku sebagai tumpuanmu
Jika matamu tak mampu lagi memandang senja
Gunakan mataku, supaya engkau bisa melihat mahakaryamu ibu
Ibu, engkau seniman sejati
Melukis indah hidupku
Ibu, engkau pembohong yang ulung
Sakit tak berpucat engkau lapisi dengan senyum
Ibu, riakan waktu menggores hati
Genangan rindu di jalan itu
Memiluhkan hati tuk berjumpa denganmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H