Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berkat BTN, Saya Bisa Punya Rumah

28 Februari 2019   23:43 Diperbarui: 1 Maret 2019   00:41 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bro, ada rumah murah. Kamu mau nggak?" begitu Sakiben Sinaga (34), sahabat saya, sekitar empat tahun lalu menawarkan perumahan murah.

Katanya, harga kontannya sekitar Rp 80 juta, untuk tipe 36 dengan luas tanah sekitar 613 meter persegi. Sudah lengkap dipasang listrik, dua kamar tidur, satu kamar mandi dan ada akses ke air bersih. Informasi itu, terus terang, sangat menggiurkan bagi saya.

Tak banyak pikir, saya meminta dia untuk menunjukkan perumahan itu. Saya penasaran. Lokasinya terletak di Dusun V Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang. "Sudah dua tahun kami tinggal di sini," kata dia saat tiba di rumah yang sudah lima tahun dikreditnya.

Saya cek rumah dia dari halaman depan sampai dapur, dari ruang tengah sampai kamar mandi. Menurut saya, perumahan tersebut sangat layak dan menarik. Perumahan ini merupakan projek yang dikerjakan pengembang bernama Thomas Sembiring kerjasama dengan #69BTN. Ada ribuan rumah sudah dibangun, mulai dari Blok A sampai Blok T.

Tanpa ragu, saya pun lekas membelikan satu rumah tipe 36. Lokasinya juga di Blok S, dengan alasan agar dekat dengan rumah teman saya, guru matematika tadi. 

Rumah yang saya beli ini ternyata harga kontannya jauh lebih mahal dari milik Pak Sinaga. Rumah kami sekitar 120 juta, jika kontan. Dan saya memilih membelinya dengan cara mengangsur. Tentu saja, karena duit saya juga pas-pasan.

Saya teken akad di kantor #69BTN (Bank Tabungan Negara) di Jalan Tanjung Sari Medan. Saat akad itu, oleh pihak BTN diinformasikan kalau cicilan perbulan sekitar Rp 722 ribu, sistemnya flat dan DP 15 juta. Itupun sudah disubsidi pemerintah sebesar 5 persen hingga jangka masa kredit tunai. Saya memilih jangka kredit 15 tahun pelunasan. Dengan pertimbangan, saya bisa memutar duit untuk usaha yang lain.

Terus terang, saya sangat bahagia memiliki rumah ini. Walaupun itu masih kredit. Rumah kami memang tidaklah mewah, tetapi tidak pula darurat. Rumah ini bagai istana bagi kami. Di rumah ini, saya dan istri serta anak saya, Gabriel, bisa menikmati hari-hari indah dan membangun banyak mimpi.

Kenapa saya bahagia? Lantaran sudah lama saya merindukan punya rumah sendiri. Sepuluh tahun saya mengekos di Medan. Harga sewa kos sekitar tiga sampai lima jutaan per tahun. Itu sewa satu kamar seukuran 3x4 meter persegi. Dengan memiliki rumah sendiri, saya bisa hidup lebih tenang. Tidak lagi kuatir tinggal dimana. Saya membayar cicilan, tapi 15 tahun kemudian, rumah ini pasti akan menjadi milik saya. Dan kapanpun saya bisa mempercantiknya. Berbeda dengan mengekos atau mengontrak. Saya bayarin sewanya, tetapi setelah masa kontrak habis, rumah tetap milik induk semang.

Sungguh saya beruntung bisa membeli rumah murah berkat program #69TahunMengabdiUntukNegeri. Berkat program #69BTN yang fokus pada properti dan perumahan, orang-orang seperti saya, yang gajinya pas-pasan, bisa memiliki rumah.

Saya juga sangat terbantu karena #69BTN memberi kemudahan dalam proses pengajuan kredit rumah. Saya ingat betul ketika mengajukan kredit rumah ini, pihak pengembang mewajibkan pendaftar memiliki penghasilan minimal 3 juta rupiah per bulan. Dan itu sangat tidak mungkin bagi saya, yang kala itu gaji pokok saya masih jauh di bawah upah minimum kota (UMk) Medan sekitar Rp 1,8 juta. Saya tak ingin memanipulasi slip gaki, karena itu sangat tidka benar.

Saya sempat kuatir, kalau-kalau saya gagal mengajukan kredit rumah ini. Denhan sedikit keberanian, saya mendatangi langsung pihak #69BTN. Oleh pejabat terasnya, kebetulan orang Batak pula, kami silaturahim sebelum saya diinterviu.

Kemudian, saya jelaskan pekerjaan saya sebagai blogger sekaligus penulis lepas. Saya ceritakan kemampuan saya dalam menulis yang tentu saja berpotensi untuk mendulang duit. Tak dinyana, usaha saya meyakinkan beliau membuahkan hasil. Beliau langsung merestui saya untuk mendapatkan rumah murah ini. "Selamat ya Pak Dedy. Semoga lancar cicilannya," katanya mendoakan saya.

Sejak di-acc pengajuan kredit rumah, saya tambah semangat bekerja. Saya selalu melunasi cicilan dengan baik, walau beberapa kali tidak tepat waktu. Tetapi sampai saat ini, sudah empat tahun berlangsung, cicilan rumah saya tetap lancar.

Di rumah ini, ada banyak berkat yang kami terima. Mulai dari rumah ini dijadilan ruang diskusi, tempat merancang penulisan buku, tempat digelarnya kebaktian tahunan, tempat bermain bagi anal-anak dan tempat digelarnya rapat-rapat panitia gereja. Kami senang bahwa rumah kami juga menjadi saluran berkat bagi tetangga dan masyarakat setempat.

Saya berterima kasih kepada #69BTN, karena selama #69TahunMengabdiUntukNegeri. Dengan program rumah murah sistem flat ini, dan DP yang tidak besar, banyak orang miskin, tentunya bisa memiliki rumah. Seperti di Blok E, perumahan kami, hampir separuh penghuni blok itu adalah pemulung. Mereka sekarang punya rumah dan penghidupan yang lebih layak, apalagi bagi anak-anak mereka.

Saya apresiasi kebijaksanaan #69BTN yang terus memikirkan dan mencarikan jalan keluar yang solutif bagi masyarakat untuk bisa memiliki rumah. Saya berharap, program ini berkelanjutan supaya lebih banyak lagi warga miskin, warga yang ekonominya paspasan, pasangan yang baru menikah bisa memiliki rumah. Sebab dengan adanya rumah, banyak mimpi besar dapat tercipta di kepala anak-anak generasi kita. Dirgahayu #69BTN. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun