Keganjilan-keganjilan ini mudah sekali ditemukan di Medan dan Sumatera Utara. Tak heran jika di Sumut profesi wartawan kerap dicap kelas dua. Ini menjadi kritik bagi sejumlah instansi di pemerintah maupun swasta di Medan dan Sumut, sekaligus juga otokritik bagi dunia pers dan jurnalis. Tentu saja, fenomena ini berkembang biak tak lepas dari mutu wartawan dan persnya.
Seperti kata orang, jangan gara-gara "buruk muka, cermin dipecahkan". Jangan! Pers dan jurnalis juga harus berbenah diri. Memperlengkapi diri. Mengasah keterampilan. Sebab dengan menjaga mutu jurnalistiklah, publik bisa percaya. Usaha membangun kepercayaan kepada pemirsa harus terus-menerus dilakukan. Dan stigma "jurnalis sok-sokan" harus dihela jauh-jauh. Kerja-kerja bermutu menjadi pertaruhan, termasuk etika saat meliput. Sehingga kelak, meja wartawan sudah dalam barisan VVIP!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H