Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Wartawan Duduk Paling Belakang?

10 Februari 2016   11:40 Diperbarui: 10 Februari 2016   16:18 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keganjilan-keganjilan ini mudah sekali ditemukan di Medan dan Sumatera Utara. Tak heran jika di Sumut profesi wartawan kerap dicap kelas dua. Ini menjadi kritik bagi sejumlah instansi di pemerintah maupun swasta di Medan dan Sumut, sekaligus juga otokritik bagi dunia pers dan jurnalis. Tentu saja, fenomena ini berkembang biak tak lepas dari mutu wartawan dan persnya.

Seperti kata orang, jangan gara-gara "buruk muka, cermin dipecahkan". Jangan! Pers dan jurnalis juga harus berbenah diri. Memperlengkapi diri. Mengasah keterampilan. Sebab dengan menjaga mutu jurnalistiklah, publik bisa percaya. Usaha membangun kepercayaan kepada pemirsa harus terus-menerus dilakukan. Dan stigma "jurnalis sok-sokan" harus dihela jauh-jauh. Kerja-kerja bermutu menjadi pertaruhan, termasuk etika saat meliput. Sehingga kelak, meja wartawan sudah dalam barisan VVIP!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun