Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dari Pelosok Nusantara, Guru Menulis

20 Mei 2015   11:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Christian juga sempat memaparkan bagaimana impian terbesar pendidikan Papua yang sungguh memiriskan hati. Ada empat mimpi besar Lanny Jaya, katanya, yaitu anak-anak bisa baca-tulis, sekolah bisa beroperasi dengan baik, sarana-prasaranya tersedia dan ketika ujian, anak-anak tidak dibantu guru.

Christian mengungkap bagaimana seringkali, dibuka kelas majemuk di sana demi meretas buta aksara. Di kelas majemuk semua anak-anak buta aksara digabung lalu ramai-ramai diajari. Guru-guru berjuang membantu anak mengenal huruf-huruf, mengenal aksara, lalu belajar menyusunnya menjadi kata dan kalimat. Serta belajar memaknainya dengan baik. Di kota, hal ini mungkin jarang terjadi dan hampir tidak ada, tetapi di Papua potret ini jamak terjadi.

Apa yang dilakukan SM3T, terang Ibnu, adalah mengimplikasikan hakikat pendidikan yang bukan sekadar mencerdaskan orang tetapi juga membebaskan anak-anak dari berbagai belenggu, sepasti disebut Paulo Freire, tokoh pendidikan dalam bukunya "Pendidikan Kaum Tertindas."

Tantangan Papua, kini, sambung Ibnu, adalah bagaimana provinsi cendrawasih ini mampu membebaskan dirinya dari situasi dan kondisi ekonomi-sosial dan politik yang membelenggu mereka hari ini. Juga bagaimana  mereka menguatkan dirinya dalam menghadapi belenggu-belenggu itu dan berusaha terbuka untuk menyerap energi dan perubahan dari luar lingkungannga.

"Betapa pun Papua mengalami multidimensi problem, yang kalau diibaratkan seperti kanker stadium empat, akan tetapi jika punya niat yang besar untuk merubah diri dan mengerjakan niat itu, tak mustahil jika kelak ia mampu menjulang sebagai pemenang," pungkas Ibnu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun