Mohon tunggu...
Arka Matahari Tyaga
Arka Matahari Tyaga Mohon Tunggu... Administrasi - Bahagia di dunia, mulia di akhirat

Baru saja terbangun dari tidur panjang, dan mulai lah kini aku akan bercerita....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Corona's Angel: Bromance Cemen (Eps. 10 - Tamat - )

17 Agustus 2021   13:44 Diperbarui: 17 Agustus 2021   13:58 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara semakin dingin saat malam mulai tiba. Aku sangat menyukai udara seperti ini. Bukan tanpa alasan, aku yang mudah sekali gerah dan berkeringat ini jadi tak khawatir jika harus beraktivitas apapun di luar ruangan. Seperti malam ini, aku hanya mengenakan kaos lengan panjang tanpa perlu jaket untuk melihat pemandangan langit yang penuh bintang. Aku memang selalu berusaha memaksimalkan waktu liburanku, tidur hanya secukupnya, selebihnya aku habiskan untuk  makan makanan khas setempat dan melihat-lihat apa saja yang ada di tempat yang sedang aku kunjungi.

Aku berjalan sedikit agak menjauh dari area kemping. Ternyata aneh rasanya pergi kemping sendirian ya. Hahaha. Ya meski hitungannya aku ga sendiri-sendiri amat sih, nih ada makhluk satu yang ikut nemenin. Aku memilih duduk batang kayu besar, sepertinya berasal dari pohon besar yang ditebang namun belum dibereskan kayu tebangannya. Beruntung hanya aku dan Pandu di sini, kempingers yang lain terlihat membuat api unggun di dekat tenda mereka. Aku pasti melakukan hal serupa jika kemping beramai-ramai dengan temanku, seperti dulu yang pernah kami lakukan.

"Kalau aja gue tau usia muda bakal sebegitu gue rindukan, pasti gue bakal melakukan lebih banyak kegiatan seru, baik seorang diri maupun bersama temen-temen gue. Rasanya masih banyak yang belum gue lakukan, tapi sayangnya ga terlaksana. Dan sekarang usia gue udah segini, temen-temen udah pada sibuk masing-masing, ditambah lagi adanya pandemi yang memperburuk segalanya. Ah gue kangen masa-masa dimana gue ga punya kekhawatiran apapun saat mau lakuin ini itu. Masa-masa gue masih sering jalan bareng temen-temen. Masa-masa gue ga pernah merasa kesepian dan merasa ditinggalkan," Aku berbicara dengan mata menghadap ke langit yang terang dipenuhi bintang.

"Bro, lo itu hitungannya masih muda. Masih banyak yang bisa lo raih. Tinggal lo nya aja yang siap atau ga untuk mulai berusaha ngeraihnya. Yang penting lo nya kudu sabar, harus selalu fokus dan konsisten, jangan dikit-dikit nyerah. Bukan hal yang ga mungkin kelak lo bisa dapetin semua yang lo mau, asal lo nya inget semua itu perlu waktu, ga bisa instan," Pandu kembali bersikap bijak. Aku menghela nafas.

"Gue ga tau bro. Gue bingung mau ngapain ke depannya. Bahkan gue aja bingung apa yang sebenernya gue bingungin. Entah apa yang sebenarnya pengen gue raih. Kadang mau mengeluh, tapi gue akhirnya malah merasa malu pas lihat sekeliling masih banyak yang hidupnya lebih nelongso dibanding gue. Gue bener-bener ngerasa gamang bro." Mataku menerawang.

"Hmmmm. Lo tetep harus cari sendiri semua akar kegamangan lo itu bro. Semua jawabannya ada di diri lo sendiri. Yang bisa ngerubah hidup lo ya lo nya sendiri bro. Ga perlu buru-buru juga. Santai aja. Ga usah dibawa stress. Toh tiap lo butuh ketenangan, lo bisa refreshing. Kalau butuh temen bicara, lo bisa coba untuk kontak temen-temen lo lagi, dulu kan lo punya segitu banyak temen , masak iya ga ada satupun yang respon," Seloroh Pandu. Aku menoleh padanya.

"Kayaknya gue perlu kontak temen-temen gue lagi deh, kan sekarang udah ada lo bro..Hehe" Aku berkata sambil pasang muka cengar cengir ke arahnya.

"Ga usah sok imut, inget udah berapa ratus kalender yang lo abisin...wkwkwwk" Cakep, dia mulai lagi.

"Sial!!!!" Aku mendorong lengannya. Kekencengan. Dia pun jatuh terjungkal. Wkwkwkwkwkwwk. "Maaf.. Maaf... Ga sengaja, beneran refleks tadi gue bro...hihihi" Kataku sambil membantunya bangun.

"Ada gitu malaikat dijorokin kayak begini! Sial banget nasib gue...huh!" Pandu menepis tanganku.

"Kan gue bilang ga sengaja bro, maaf ya. Ga bakal diulangin lagi deh, janji. Pandu ganteng deh. Hehe..."  Ujarku.

"Ga usah pake ngerayu. Kaga mempan. Lo bukan tipe gue. Cih," Ujarnya sambil pasang ekspresi jijik gitu.

"Najis! Siapa juga yang mau sama lo!" Aku pasang ekspresi bergidik jijik juga sebagai pembalasan.

"Ya udah sono pergi, ga usah deket-deket gue!" Katanya.

"Dih sapa juga yang mau deket-deket lo! Dahlah gue mau balik ke tenda aja," Kataku.

"Ya udah gue juga mau balik ke tenda aja," Katanya.

"Dih ngapain lo ikut-ikut gue?!" Kataku.

"Eh JoNes, kan emang lo yang ngajakin gue buat ikut kemping!!!" Katanya.

Cakep, gue dipanggil JoNes = Jomblo ngeNes. Hiks.

"Ya ga usah manggil gue jones juga dooonkkkk!!!!!!" Aku berbalik badan lalu langsung pasang ancang-ancang buat meninju Pandu. Tapi telat, Pandu udah keburu lari menjauh.

"Gawat, ada jones ngamuk...wkwkwwkwkwkwkw" Sempet-sempetnya dia masih ngeledek.

"Awas lo ya, gue hajar juga dah nih bocah kalo ketangkep!!!!" Aku mengejarnya.

Jadilah kami kejar-kejaran di tengah hawa dinginnya kawasan Puncak, dipayungi indahnya langit malam itu yang diterangi sinar bulan sabit dan bertabur cahaya bintang. Harusnya itu bisa jadi adegan yang romantis andai saja hal itu dilakukan oleh sepasang kekasih. Sayangnya hal itu dilakukan oleh dua makhluk bobrok. Jadi sama sekali tidak akan tampak adegan romantis, melainkan adegan anarkis. Iya, tuh liat aja, habis kejar-kejaran kami langsung toyor-toyoran kepala. Hahahaha...

Tamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun