Sekitar lima menit kami tidak berkomunikasi. Masing-masing dari kami berfokus pada menyantap makanan. Namun tiba-tiba seorang saudara mengawali obrolan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Saat itu beliau menyampaikan pengumuman dari pemerintah setempat tentang larangan mudik dan razia masker.
Awalnya saya terkejut, karena beliau melanggar kesepakatan kami. Namun akhirnya saya pun ikut-ikutan berbahasa Indonesia.
Selama santap siang tersebut, kelihatannya kami sepakat untuk tidak berbahasa Nias, karena tidak ada seorang pun dari antara kami yang mencoba memberi teguran ketika terdapat seorang saudara yang mengawali percakapan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Ketika hendak menutup santap siang dengan doa, seorang saudara mencoba memimpinnya dengan menggunakan bahasa Nias. Namun bahasa Niasnya ternyata hanya digunakan dalam ajakan untuk berdoa, sementara isi doanya menggunakan bahasa Indonesia.
Itulah pengalaman awal kami dalam menjalani hari Bahasa Nias yang mewajibkan kami untuk menggunakan bahasa Nias. Banyak kegagalan yang terjadi di sana-sini, bahkan saat makan siang tersebut, kami gagal total, kecuali dalam hal ajakan untuk berdoa menutup makan.
Kami gagal karena hampir tidak ada di antara kami yang berani berbicara bahasa Nias. Akhirnya, dari pada tercipta suasana makan siang yang "diam-diam saja", maka kami pun terpaksa melanggar kesepakatan.
Namun, sekalipun siang itu kami gagal, kami tetap akan melanjutkan aturan tersebut. Hari bahasa Nias adalah pemacu bagi kami untuk mengerti bahasa Nias.
Sesungguhnya merupakan suatu perjuangan besar bagi kami untuk bisa mengerti bahasa Nias. Susunan kalimatnya yang berbeda dengan bahasa Indonesia menjadi kesulitan tersendiri bagi kami untuk segera bisa menguasainya. Kita bisa saja mengerti arti katanya, namun belum tentu akan bisa menggunakannya dalam kalimat karena akan terjadi banyak perubahan. Perubahan itu ditentukan berdasarkan posisi kata tersebut saat hendak kita masukkan dalam sebuah kalimat.
Semoga dengan diadakannya Hari Bahasa Nias, kami pun semakin baik dalam berbahasa Nias. Itu semua demi kelancaran pelayanan kami kepada masyarakat Nias karena kami ditugaskan di daerah mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H