Sebagai yang bertugas di Kepulauan Nias, sudah merupakan kewajiban bagi kami mengerti bahasa Nias. Namun nyatanya, ada beberapa anggota komunitas yang sudah hampir 2 tahun berada di Kepulauan Nias, masih saja "belepotan" kalau berbicara bahasa Nias. Saya juga termasuk di dalamnya, sekalipun saya masih kurang 1 tahun berada di Kepulauan Nias.
Sebenarnya, di daerah tempat kami tinggal, masyarakatnya secara umum menggunakan bahasa Indonesia. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung bagi kami untuk tidak serta merta mengerti bahasa Nias sekalipun sudah tinggal di daerah Kepulauan Nias.
Namun kami menyadari bahwa tidak selamanya kami akan melayani di daerah tersebut. Adakalanya kami pun akan dipindahkan ke suatu tempat yang bahasa sehari-harinya menggunakan bahasa Nias. Untuk itu, tuntutan untuk mengerti bahasa Nias pun berlaku bagi kami.
Untuk membantu kami dalam menguasai bahasa Nias, kami menetapkan satu hari wajib berbahasa Nias. Hari itu ialah setiap hari Selasa. Kami juga menyepakati bahwa jika ada anggota komunitas yang pada hari itu menggunakan bahasa Indonesia akan "diabaikan" atau tidak didengarkan sama sekali.
Kebetulan hari ini (20 April 2021) adalah hari yang dimaksud. Jadi sejak bangun pagi tadi kami semua sudah terikat kewajiban untuk berbahasa Nias.
Pagi itu, kami semua diminta hadir di ruang makan untuk makan bersama. Sarapan dibuka dengan doa makan dalam bahasa Nias oleh seorang saudara yang sudah lancar bahasa Nias. Saudara-saudara yang lain tampak bersemangat mengikuti isi doa tersebut.
Selama sarapan tersebut, kami berhasil menjalankan kewajiban kami. Tidak ada seorang pun di antara kami yang menggunakan bahasa Indonesia.
Yang berbeda ialah saat makan siang. Kebetulan para saudara yang sudah lancar bahasa Nias-nya sedang ada kegiatan di luar. Mereka tidak bisa makan bersama dengan kami. Tinggallah kami saat itu yang tidak tahu bahasa Nias.
Saya lebih awal tiba di ruang makan saat itu. Ketika seorang saudara yang lain tiba, saya berencana membuat doa makan dengan bahasa Nias. Doa itu telah saya persiapkan sebelumnya.
Namun, sebelum saya mengawalinya, ternyata seorang saudara sudah membukanya dengan doa bahasa Indonesia. Karena itu adalah doa, maka sangat tidak mungkin untuk diabaikan seperti yang sudah kami sepakati.
Lalu sehabis doa saya segera mengambil tempat duduk. Untuk menghindari percakapan, saya mencoba membuat kesibukan seperti segera memakan buah atau memeriksa makanan di dapur, barangkali masih ada lauk saat sarapan yang tersisa.
Sekitar lima menit kami tidak berkomunikasi. Masing-masing dari kami berfokus pada menyantap makanan. Namun tiba-tiba seorang saudara mengawali obrolan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Saat itu beliau menyampaikan pengumuman dari pemerintah setempat tentang larangan mudik dan razia masker.
Awalnya saya terkejut, karena beliau melanggar kesepakatan kami. Namun akhirnya saya pun ikut-ikutan berbahasa Indonesia.
Selama santap siang tersebut, kelihatannya kami sepakat untuk tidak berbahasa Nias, karena tidak ada seorang pun dari antara kami yang mencoba memberi teguran ketika terdapat seorang saudara yang mengawali percakapan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Ketika hendak menutup santap siang dengan doa, seorang saudara mencoba memimpinnya dengan menggunakan bahasa Nias. Namun bahasa Niasnya ternyata hanya digunakan dalam ajakan untuk berdoa, sementara isi doanya menggunakan bahasa Indonesia.
Itulah pengalaman awal kami dalam menjalani hari Bahasa Nias yang mewajibkan kami untuk menggunakan bahasa Nias. Banyak kegagalan yang terjadi di sana-sini, bahkan saat makan siang tersebut, kami gagal total, kecuali dalam hal ajakan untuk berdoa menutup makan.
Kami gagal karena hampir tidak ada di antara kami yang berani berbicara bahasa Nias. Akhirnya, dari pada tercipta suasana makan siang yang "diam-diam saja", maka kami pun terpaksa melanggar kesepakatan.
Namun, sekalipun siang itu kami gagal, kami tetap akan melanjutkan aturan tersebut. Hari bahasa Nias adalah pemacu bagi kami untuk mengerti bahasa Nias.
Sesungguhnya merupakan suatu perjuangan besar bagi kami untuk bisa mengerti bahasa Nias. Susunan kalimatnya yang berbeda dengan bahasa Indonesia menjadi kesulitan tersendiri bagi kami untuk segera bisa menguasainya. Kita bisa saja mengerti arti katanya, namun belum tentu akan bisa menggunakannya dalam kalimat karena akan terjadi banyak perubahan. Perubahan itu ditentukan berdasarkan posisi kata tersebut saat hendak kita masukkan dalam sebuah kalimat.
Semoga dengan diadakannya Hari Bahasa Nias, kami pun semakin baik dalam berbahasa Nias. Itu semua demi kelancaran pelayanan kami kepada masyarakat Nias karena kami ditugaskan di daerah mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H