Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyadari Kelemahan Diri Sendiri adalah Cara Terbaik Berdamai dengan Kelemahan Orang Lain

2 Februari 2021   22:57 Diperbarui: 2 Februari 2021   23:08 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun pernyataan yang ada dalam foto itu bukan berarti bahwa kita tidak boleh menegur teman yang berbuat salah. Wajib hukumnya bagi kita untuk menegur teman yang berbuat salah. Itulah konsekuensi langsung dari martabat kita sebagai makhluk sosial, yang tidak hanya peduli pada diri sendiri, tetapi juga peduli dengan orang yang ada di sekitar kita. Dan menegur teman yang berbuat salah adalah salah satu bentuk kepedulian itu sendiri.

Pernyataan yang ada dalam foto profil WA-ku itu hanya ingin mengatakan bahwa sikap menghakimi adalah suatu perbuatan yang tidak baik, karena ukuran yang kita pakai untuk orang lain sering kali juga akan menjadi jerat bagi kita saat kita jatuh pada kesalahan seperti yang mereka perbuat.

Oleh karena itu, pernyataan itu hendak mengajak kita untuk bisa berdamai dengan kelemahan sesama yang ada di sekitar kita. Berdamai dalam hal ini ialah tidak lekas menghakimi jika ada teman yang berbuat salah. Sebaliknya, kita mencoba memahaminya sebagaimana kita juga berusaha memahami kelemahan kita sendiri.

Kita dan mereka sama-sama merupakan pribadi yang tidak sempurna. Setiap dari kita pasti memiliki kelemahannya masing-masing, bahkan adakalanya kita memiliki kelemahan yang sama. Dan saat kita berjuang dengan sekeras mungkin untuk memberi penghakiman kepada sesama yang berbuat salah sementara kita juga sering jatuh pada kesalahan tersebut, maka dengan sendirinya kita pun sedang menghakimi diri kita sendiri.

Sesungguhnya kita tidak ada bedanya dengan mereka yang kita hakimi, bahkan boleh jadi kita lebih jahat dari padanya, karena orang yang kita hakimi itu hanya jatuh pada perbuatan salah, sementara kita lebih lagi yaitu menghakiminya. Dengan demikian kita pun telah menjadi "hakim palsu" yang dosanya jauh lebih berat dari pada orang lain yang sedang kita hakimi.

Mari menyadari kelemahan diri untuk bisa berdamai dengan kelemahan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun