Seperti biasa, setiap hari Kamis, saya pergi ke kebun untuk menerima laporan penjualan hasil kebun. Tugas saya ialah mencatat hasil penjualan dan melaporkannya kepada Bendahara Umum Caritas.
Setibanya di kebun saya melihat para pekerja sedang bekerja di pos kerja mereka masing-masing. Ada yang membersihkan bedengan tanaman cabe, ada yang memanen, ada yang menjual hasil penenan ke pasar dan ada juga yang membongkar bangunan tua untuk kemudian dijadikan sebagai kandang ayam.
Saya segera berkoordinasi dengan penjual hasil panen dan pemanen. Mereka melaporkan semua hasil penjualannya kepada ku untuk saya catat kemudian. Bersama mereka, saya menghitung jumlah uang yang masuk agar tidak terjadi kesalah-pahaman ketika jumlahnya berbeda dengan isi laporan mereka.
Setelah melaporkan hasil penjualan, mereka melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Ada beberapa dari pelanggan yang pesanannya belum diantarkan. Oleh karena itu mereka segera menyiapkannya.
Sambil menunggu mereka selesai menjual hasil panen seluruhnya, saya pun melihat-lihat keadaan tanaman. Karena musim kemarau, sebagian dari tanaman kami mulai layu dan hampir mati. Akhirnya saya pun segera mengambil alat penyiram tanaman dan menyirami semua tanaman yang ada.
Melihat saya sedang menyirami tanaman, salah seorang dari mereka mencoba untuk melarang saya. Maksudnya ialah agar saya tidak perlu melakukannya karena merekalah akan melakukannya setelah hasil panenan selesai terjual seluruhnya. Namun saya tetap melanjutkannya sambil menyakinkan mereka kalau hal itu juga merupakan bagian dari tugas saya.
Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyiram seluruh tanaman yang ada, dan setelah itu saya segera membeli beberapa minuman kaleng dan mengajak mereka untuk minum bersama. Kebetulan hari itu cuacanya sangat panas dan karena itu saya membelikan minuman yang tidak hanya melepaskan rasa haus tetapi juga yang menyegarkan badan.
Setelah semuanya hasil panenan selesai terjual, saya kembali ke komunitas. Saya pamit kepada mereka dan meminta mereka untuk terus memperhatikan keadaan tanaman.
Sesampainya di komunitas saya segera merenungkan teguran mereka kepadaku saat saya menyiram tanaman kebun kami. Bagi saya, apa yang saya lakukan itu ialah sesuatu yang biasa-biasa saja. Namun saat mereka mulai menegur saya, maka saat itu saya sadar kalau ternyata yang saya lakukan itu adalah sesuatu yang tidak biasa.
Saya baru saja diminta oleh Direktur Caritas untuk menangani penjualan hasil kebun. Tugas itu sudah satu bulan saya jalankan.
Yang menjadi tugas pokok saya ialah mencatat hasil penjualan seluruh tanaman dan melaporkannya kepada bendahara umum Caritas. Namun dalam menjalankan tugas itu saya juga sering turut bekerja bersama mereka seperti memanen, membersihkan tanaman, menyiram tanaman dan bahkan ikut mendistribusikan hasil panenan. Itu saya lakukan sebagai bentuk kesadaran ku kalau seluruh seluk beluk kebun Caritas adalah juga bagian dari tanggung jawabku. Oleh karena itulah saya merasa wajar jika turut membantu mereka dalam bekerja.
Mungkin posisi saya di antara mereka membuat mereka merasa kalau saya tidak seharusnya melakukan pekerjaan itu. Namun saya tetap dalam keyakinan kalau yang saya lakukan adalah sesuatu yang wajar karena berkaitan dengan tanggung jawab terhadap kebun Caritas.
Saat merenungkan teguran itu saya teringat akan Sabda Yesus yang mengatakan bahwa siapa yang terbesar di antara kita hendaklah ia menjadi pelayan (bdk. Matius 20:26-27).
Dari pengalaman itu yang juga terinspirasi akan Sabda Yesus tersebut maka saya tidak ingin terlihat sebagai seorang tuan di antara mereka dengan hanya duduk tenang dan menerima laporan dari mereka. Meskipun itulah yang menjadi tugas pokok saya, namun bukan berarti hanya itu yang bisa dan boleh kulakukan.
Sambil menjamin tugas pokok yang dipercayakan kepadaku, saya pun harus membantu mereka karena semua yang mereka lakukan juga berkaitan dengan tugas pokok yang saya tanggungjawabi. Dalam hal itulah kami membangun sistem kerja sama, bukan hanya peduli kepada pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing, namun juga saling membantu satu sama lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI