Awalnya, saya hanya tertarik saja melihat orang yang selalu membawa buku saku ke mana saja dia pergi. Kesan saya, orang yang demikian adalah orang yang berkepribadian yang asyik dan reflektif. Karena kesan itu maka saya pun ikut-ikutan membawa buku saku ke mana saja saya pergi agar saya menjadi pribadi yang kusukai yaitu pribadi yang reflektif.
Ternyata membawa buku saku mendatangkan manfaat bagi saya sendiri. Pertama, buku saku itu dapat menjadi pengingat bagiku.
Biasanya setiap pagi, saya suka mencatat hal-hal baik yang akan saya lakukan selama satu hari. Itu semua saya muat di dalam buku saku tersebut.
Malam harinya, buku saku itu saya buka dan periksa. Saya melihat hal baik apa saja yang berhasil saya wujudkan dan hal baik apa saja yang gagal saya wujudkan. Lalu saya pun membuat alasan tentang mengapa saya bisa berhasil dan mengapa saya bisa gagal hari itu. Alasan keberhasilan dan kegagalan itu saya buat di dalam buku harian ku yang selalu saya isi di malam hari sebelum saya tidur.
Ada keseruan tersendiri dari kegiatan itu. Dari sana saya bisa mengenali kualitas pribadi ku lewat keberhasilan dan kegagalan yang kualami dalam satu hari yang baru saja kulalui. Setelah itu saya pun mencoba melihat apa yang perlu saya benahi untuk membuat diri ku menjadi lebih baik lagi. Jadi malam itu, saya berdialog dengan diriku sendiri tentang diri ku sendiri berdasarkan buku saku yang kubawa selama satu hari yang baru kulalui.
Manfaat lain dari membawa buku saku itu ialah menjaga agar inspirasi yang muncul secara tiba-tiba tidak hilang begitu saja. Hal ini sangat cocok bagi pribadi ku yang suka menulis tentang apa saja. Karena itu, setiap saat saya memerlukan inspirasi untuk menulis.
Awalnya saya merasa seperti seorang jurnalis atau wartawan karena selalu membuka buku catatan untuk mencatat hal-hal yang tiba-tiba muncul di dalam pikiran ku. Namun saya tetap nyaman dengan perasaan itu karena nyatanya tidak ada yang salah dengan seorang jurnalis atau pun seorang wartawan. Bahkan, ada segudang manfaat yang kudapatkan.
Suatu kali seorang teman berkomentar demikian: "Kan bisa kita catat di handphone kita kalau tiba-tiba teringat sesuatu". Memang benar, tetapi bagi ku sendiri ada rasa yang berbeda.Â
Mencatat di dalam buku saku itu memberi rasa nyaman dan tenang yang lebih besar dibandingkan dengan mencatatnya di dalam HP. Selain itu, mencatat di HP membuat mata ku lelah karena sinar radiasinya mengingat mata saya yang sudah lama minus.
Ada juga manfaat lain yang kurasakan dengan kebiasaan membawa buku saku ke mana saja saya pergi, yaitu mengolah rasa negatif yang muncul saat saya sedang berkegiatan.
Suatu hari saya pernah merasa bosan saat bekerja di kantor. Saya tidak tahu mengapa rasa itu tiba-tiba muncul. Lalu saya mencoba menuliskan rasa itu ke dalam buku saku ku dan di sana saya melakukan dialog dengan diriku sendiri tentang apa sebabnya saya bosan. Dan ternyata, secara perlahan-lahan rasa bosan itu menghilang dan muncul semangat serta inspirasi baru di dalam pikiran ku.
Sejak saat itu, saya mencoba mengolah rasa negatif ku dengan menulis di dalam buku saku. Saya kira apa yang saya lakukan itu juga dilakukan oleh kebanyakan orang. Bedanya, mereka melakukannya di akun media sosial mereka sementara saya di dalam buku saku saya sendiri.
Itulah beberapa manfaat yang kurasakan dengan kebiasaan membawa buku saku ke mana saja saya pergi. Berawal dari rasa tertarik melihat orang yang membawa buku saku, akhirnya saya pun menjadi terbiasa dengan itu.
Membawa buku saku ke mana saja saya pergi membuat diri ku selalu merasa terinspirasi dengan apa saja yang ada di sekitarku. Mulai dari niat-niat baik yang kurencanakan setiap paginya, mencatat setiap inspirasi yang muncul hingga mengolah rasa negatif untuk kemudian melahirkan rasa positif di dalam diri. Dengan begitu, saya merasa bawah saya selalu melalui hari-hari ku dengan sebuah refleksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H