Segera saya menghakimi diriku sendiri: apa yang salah dengan menyapa orang yang tidak kita kenal?Â
Bukankah tugas kita pertama-tama ialah memberi sapaan, entah itu kepada mereka yang kita kenal, juga kepada mereka yang tidak kita kenal? Menyapa itu, dalam dirinya sendiri adalah baik dan mengapa saya tidak melakukannya?
Akhirnya, sejak peristiwa itu, dan dalam permenungan senja saat itu, saya pun membangun niat untuk berani menyapa semua orang dan berusaha untuk lebih dahulu menyapa. Bukan karena saya kenal siapa orang yang saya sapa tetapi karena menyapa itu dalam dirinya sendiri adalah baik.Â
Dengan demikian, saat saya memberi sapaan kepada orang lain itu berarti saya menebar kebaikan kepada mereka, dan kebaikan memang harus selalu dibagikan kepada siapa saja, bukan saja kepada mereka yang kita kenal, tetapi juga kepada mereka yang tidak kenal.
Itulah permenungan senja yang saya terima. Saya yakin itu dari Tuhan, karena kehendak Tuhan ialah berbuat baik kepada sesama sebagaimana Ia telah selalu memberi kebaikan setiap saat di dalam hidup ku.Â