Ketika saya melayangkan pandangan ke arah gedung gereja, ternyata bapak Lektor telah berdiri di depan pintu gereja. Segera saya minta maaf sebesar-besarnya dan menjelaskan situasi yang kualami. Saya terkesan dengan jawabannya.Â
"Saya minta tadi kepada umat agar tetap sabar menunggu frater karena frater pasti datang." Sungguh suatu dukungan yang sangat luar biasa bagi ku.
Saya terlambat setengah jam dari waktu normal. Saya yakin mereka kepanasan selama menunggu di dalam gereja mengingat asbes gerejanya tidak ada dan pada saat itu terik matahari sangat kuat.Â
Saya sendiri berkeringat. Namun mereka tetap bisa tersenyum menyambut kehadiranku. Mereka bangkit berdiri untuk menyalam saya dan dengan penuh rasa syukur saya berusaha menjangkau tangan mereka semua. Setelah itu ibadat segera saya mulai.
Refleksi Pribadi
Saya bersyukur dengan pengalaman ini. Meski dalam kelemahanku karena merasa sok tahu, namun Tuhan menunjukkan cinta-Nya kepadaku lewat kesabaran umat untuk menunggu, lewat sambutan yang tetap hangat kepadaku dan lewat kerendahan hati seorang pemuda yang langsung mengantarkanku ke gereja tersebut.Â
Namun sembari bersyukur saya berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ini adalah dukungan sekaligus peringatan bagi ku dalam menjalani panggilan Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H