Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Kemerdekaan: Abdi-Mengabdi dalam Cinta Kasih

17 Agustus 2020   22:12 Diperbarui: 17 Agustus 2020   22:39 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi: merayakan HUT RI ke-75 di Panti Asuhan Dorkas Fodo Gunungsitoli

Merdeka......

Merdeka......

Merdeka......

Sudah layak dan sepantasnya kita mengucapkan terima kasih yang melimpah kepada Tuhan yang Maha Esa atas kemerdekaan yang Ia anugerahkan kepada bangsa kita ini. Dengan kemerdekaan itu kita bisa menikmati segala kemewahan alam dan kebinekaannya. Itulah karya Tuhan yang sangat indah untuk kita.

Hari ini kita merayakan hari ulang tahun kemerdekaan kita yang ke-75 tahun. Itu artinya, selama 75 tahun kita telah menikmati segala hasil perjuangan dari para pahlawan kita di masa lalu. Mereka gugur sebagai pahlawan untuk kita, demi memperjuangkan segala kebaikan dan kedamaian untuk kita alami bersama.

Namun, kemerdekaan yang mereka persembahkan itu tidak berhenti saat proklamasi dikumandangkan dan saat kita diakui sebagai bangsa dan Negara yang merdeka oleh mata dunia. Kemerdekaan itu terus berjalan dalam prosesnya dan proses itulah yang sekarang kita miliki, kita alami dan juga kita perjuangkan terus menerus.

Telah 75 tahun kita merdeka, bebas dari penjajahan untuk bisa menjadi diri sendiri, berdiri di dalam Negara sendiri dan berdaulat di negara kita sendiri. Namun kemerdekaan tidak serta merta menghapus penjajahan dari Negara kita ini. Penjajahannya memang memiliki konsepnya yang berbeda dengan penjajahan di masa kolonialisme. Kalau penjajahan di masa lalu berasal dari bangsa asing, kini penjajahan bisa datang dari diri kita sendiri.

Penjajahan dari bangsa asing datang melalui perang dan perampasan hingga kita tidak bisa menikmati apa yang kita miliki. Itulah konsep penjajahan di masa lalu. Kini konsep penajajahannya berubah atau pun mendapat wujudnya yang baru yaitu saat kita mulai lebih memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok sendiri, dari pada kepentingan bersama secara lebih luas.

Mungkin kita bisa menyebutnya sebagai konsekuensi dari perjuangan untuk meraih dan menjamin masa depan. Namun saat kita telah mengorbankan orang lain saat itulah kita telah menjadi penjajah bagi mereka, yang sebenarnya bukanlah orang asing karena kita telah sepakat untuk menyebut diri sebagai bangsa yang satu bangsa Indonesia.

Banyak peristiwa yang agaknya mampu melukiskan bagaimana sistem penjajahan selama ini telah terjadi di negeri kita yang nota bene telah merdeka sejak 17 Agustus 1945 yang lalu. Ada korupsi, ada pembunuhan, ada penipuan, ada pencurian, ada pemerkosaan, ada perkelahian, ada sikap saling tersinggung satu sama lain, ada sikap yang memandang orang lain sebagai orang asing, ada minoritas dan mayoritas, ada penyalahgunaan kekuasaan dan berbagai tindakan yang merugikan lainnya. Semuanya menjadi warna penjajahan yang secara tidak sengaja oleh kita telah masuk ke dalam negeri kita.

Belakangan ini kita masih disibukkan dengan pandemi Covid-19. Seharusnya kita bersatu padu untuk memeranginya, namun ternyata tidaklah demikian. Kehadirannya ternyata menambah warna baru dalam sistem penjajahan untuk Negara kita. Ada yang apatis dengan itu, dengan demikian memperluas jalur penyebarannya. Ada yang berkesempaan meraub keuntungan pribadi dan kelompoknya sehingga menambah kekacauan di mana-mana dan masih banyak lagi.

Memang kita tidak bisa mengharapkan agar orang lain bisa menjadi seperti yang kita inginkan. Namun sesungguhnya ada sikap yang tepat saat kita berjalan dalam hidup bersama dengan orang lain, yaitu saling mengabdi dalam cinta kasih.

Saling mengabdi berarti berpikir untuk lebih dahulu melayani dari pada dilayani, berpikir untuk lebih dahulu menghormati dari pada dihormati, berpikir untuk lebih dahulu membantu dari pada dibantu, dan berpikir untuk lebih dahulu memberi diri kepada sesama dari pada mengusahakan kepentingan diri sendiri.

Dalam cinta kasih berarti, semua perbuatan yang kita lakukan didasari oleh cinta, baik itu kepada Allah juga kepada sesama. Itulah wujud perbuatan dari iman yang kita miliki. Saat kita berusaha mencintai Allah dalam hati kita maka harusnya dengan sendirinya kita pun mencintai sesama yang ada di sekitar kita. Karena sesungguhnya Allah yang tidak terlihat nampak dalam diri sesama kita, dan kalau kita juga mengasihi mereka maka kita pun telah mengasihi Allah.

Meski dalam situasi yang terus-menerus berjuang melawan penjajahan dari dalam diri sendiri, kita bersyukur dan bisa bercermin dari perjuangan para pahlawan yang masih hadir dan optimistis untuk membangun bangsa. 

Kita tidak bisa menutup mata bahwa dari sekian banyak pelanggaran yang terjadi dari kalangan pemerintah, namun ada juga dari mereka yang terus berjuang mempertahankan kebaikan bersama. 

Kita tidak bisa menutup mata, saat semua orang apatis dengan kekacauan yang diakibatkan oleh virus corona, namun masih banyak juga pihak yang terus merelakan diri berjerih payah merawat yang sakit dan menguburkan yang mati. Dan masih banyak lagi pihak-pihak yang dengan caranya sendiri berjuang untuk membangun bangsa kita menjadi bangsa yang lebih baik.

Hari Ulang Tahun kemerdekaan negera kita yang ke-75 tahun ini hendaknya menjadi motivasi tersendiri bagi kita untuk menjadi pahlawan di masa kini. 

Berusaha untuk membela kebaikan dan kebenaran adalah sikap utamanya sementara kerendahan hati untuk mau mengabdi satu sama lain dalam cinta kasih adalah wujudnya. Kebenaran dan kebaikan harus selalu dijunjung tinggi dan untuk menjunjungnya kita perlukan kasih sebagai penggeraknya. Salam kemerdekaan.

Merdeka......

Merdeka......

Merdeka......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun