Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasa Sombong dan Minder yang Kumiliki

16 Agustus 2020   16:06 Diperbarui: 16 Agustus 2020   16:22 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awalnya saya ingin dibimbing dalam mengatasi persoalan diriku yang mudah tersinggung. Tema ini sesuai daftar tema yang telah saya susun sebelumnya. Namun, setelah bercerita tentang situasi yang saya alami selama, ternyata masalah saya bukan mudah tersinggung tetapi pribadi yang sombong dan sekaligus minder.

Ya, saya orang yang sombong namun di sisi lain adalah minder. Menurut romo pembimbing, saya memiliki kedua sifat tersebut. Saya bukan hanya jatuh pada sikap sombong tetapi juga minder. Keduanya ada dan mendominasi dalam diriku. 

Jika pada orang lain pada umumnya hanya satu sifat yang dimiliki, saya keduanya. Dan spontan saya menyebut diri sebagai pribadi yang memiliki sifat negatif yang sempurna minder namun sombong juga.

Sifat negatif tersebut saya simpulkan berdasarkan pengalaman selama ini. Saya adalah orang yang sombong saat bisa diandalkan dalam satu bidang.

Namun, jika saya mengetahui bahwa ternyata ada orang yang lebih hebat dari saya maka saya akan ciut dan tidak berani tampil lagi. Misalnya, awalnya saya mengira bahwa di antara angkatanku hanya dirikulah yang bisa bermain organ.

Tetapi setelah ada teman yang juga mampu bermain organ, dan lagi permainannya jauh lebih baik dari permainan saya, maka saya tidak lagi sering bermain organ. Saya langsung minder ketika melihat permainan organnya.

Yang membuat saya mendapat julukan diri sebagai orang yang sombong ialah ketika saya enggan untuk bertanya atau minta diajari oleh teman tersebut, bagaimana ia bisa bermain lebih hebat dan lebih baik.

Saya merasa tidak nyaman untuk menyadari kekurangan diriku dalam bermain organ dan mengakui keunggulannya. Akibatnya kemampuan bermain organ yang saya miliki pun tidak berkembang bahkan telah jauh merosot, sementara teman saya itu semakin berkembang.

Selain itu, saya juga sering menganggap bahwa setiap prestasi yang kuperoleh adalah hasil usaha pribadiku sendiri. Saya tidak bisa melihat partisipasi orang lain dalam perolehan prestasi tersebut. Inilah yang membangun sikap sombong dalam diriku untuk tidak berkenan diajari oleh orang lain yang nyata-nyatanya memiliki kemampuan lebih dari ku.

Romo pembimbingku mengatakan bahwa saya harus mendamaikan kedua sifat tersebut. Caranya ialah dengan sikap partisipatif dan syukur. Partisipatif maksudnya ialah, saya harus mengambil bagian dalam kehidupan bersama dengan menyumbangkan kemampuanku, tidak peduli seberapa hebat atau lemahnya diriku.

Syukur maksudnya, saya menyadari kelemahan dan kelebihan yang kumiliki dan selanjutnya saya harus bersyukur untuk itu. Syukur itu harus diucapkan dalam doa agar membatin dan membentuk sikap ke arah yang positif sehingga baik kelemahan maupun kelebihan tidak menjadi boomerang dalam diriku.

Syukur juga diarahkan kepada kelebihan teman karena dengan demikian kita memiliki suatu tolak ukur yang lebih tinggi lagi untuk bisa semakin berkembang.

Partisipatif dan syukur membantu saya untuk mengatasi kesombongan sekaligus rasa minder yang kumiliki. Selain itu, kedua sikap itu juga membantu saya untuk berkembang dalam kelebihan yang kumiliki dan mengatasi kekurangan yang ada.

Selama ini saya berjalan di tempat, dalam artian tidak berjalan kepada perkembangan ke arah yang lebih baik karena terjebak dalam rasa minder dan sombong.

Saya sangat bersyukur atas bimbingan yang kuterima dari Romo pembimbingku. Dalam bimbingan tersebut saya sengaja membuka diri selebar-lebarnya agar beliau bisa memberikan bimbingan yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhanku.

Saya tidak malu jika diketahui sebagai pribadi dengan sifat negatif yang sempurna yaitu memiliki kesombongan dan rasa minder yang tinggi. Dengan keterbukaan tersebut, pertama-tama saya bisa mengenal siapa diriku dan yang kedua mengetahui bagaimana saya harus menyikapi kelemahan diriku tersebut.

Terima kasih ya Tuhan atas kehadiran-Mu dalam bimbingan yang kualami. Semoga saya berkembang dalam hal positif. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun