Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenali Paham Kebangkitan Badan dalam Kitab Suci

27 Juli 2020   09:45 Diperbarui: 27 Juli 2020   09:56 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui peristiwa perjumpaan-Nya dengan para murid-Nya, Dia ingin menegaskan mengenai peristiwa kebangkitan-Nya yang sungguh-sungguh nyata. Kebangkitan-Nya bukanlah khayalan. Perjumpaan-Nya dengan para murid-Nya sangat penting untuk perkembangan iman mereka sendiri. Isi iman mereka harus didukung oleh fakta sejarah tentang kebangkitan-Nya itu.

Melalui perjumpaan itu, Dia memperlihatkan kemuliaan ilahi-Nya yang bisa ditangkap dengan nalar mereka yang sangat terbatas itu. Dengan demikian, Dia membangkitkan dan meneguhkan iman mereka akan kebangkitan-Nya sehingga mereka mengetahui, mengerti dan mengakui bahwa Dia adalah Tuhan dan sesudah kebangkitan-Nya, Dia hidup atas cara yang baru, yakni hidup yang telah dimuliakan.  

Fakta perjumpaan-Nya dengan para murid-Nya ini akhirnya menegaskan bahwa semua harapan mengenai kebangkitan badan diwarnai seutuhnya oleh perjumpaan dengan Yesus yang bangkit. Semua orang yang percaya kepada-Nya, setia mendengarkan suara-Nya dan taat kepada-Nya akan bangkit seperti Dia, bersama Dia dan oleh Dia.

Ajaran St. Paulus

Dalam ajaran St. Paulus, kebangkitan diimani sebagai dasar harapan kristiani (bdk. 1 Tes 4:13). Dalam suratnya kepada umat di Tesalonika, St. Paulus menegaskan perbedaan antara kaum kristiani dengan penganut agama lain di zamannya. Kaum kristiani selalu berada dalam penantian akan kehidupan baru sesudah kematian, karena Tuhan sendiri sudah mewahyukan inti keyakinan iman ini. 

Yesus Kristus sendirilah yang meyakinkan mereka bahwa kematian tidak akan berkuasa selamanya; kematian bukanlah "akhir" yang bersifat defenitif. Kematian merupakan jalan menuju kehidupan dan setiap manusia yang hidupnya berkenan di hadapan Allah akan bangkit dari kubur dan akan mengalami kehidupan kekal. Semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (bdk. 2 Kor 15:22). 

Kebangkitan itu bersifat dan berlaku umum (untuk semua orang). Pada saat itu tidak akan ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani (bdk. Rm 10:12) dan semua manusia akan diubah (bdk. I Kor 15:51). Kebangkitan itu bersifat dan berlaku umum (untuk semua orang), termasuk kaum pendosa: "Akan ada kebangkitan bagi semua orang mati, baik orang benar maupun orang yang tidak benar" (Kis 24:15). 

Keyakinan iman ini menegaskan bahwa pesan kebangkitan Kristus yang menjadi harapan bagi semua bangsa manusia untuk mengalami kehidupan sesudah kematian tidak hanya diperuntukkan bagi bangsa Israel, tetapi bagi seluruh bangsa manusia yang berdiam di bumi fana ini (bdk. Rm 8:18-25).[2] Pada saat itu tidak akan ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani (bdk. Rm 10:12). 

Semua bangsa manusia yang percaya kepada Allah dalam diri Yesus Kristus akan dibangkitkan pada akhir zaman. Pemberitaan kabar suka cita ini kepada bangsa lain di luar bangsa Israel merupakan panggilan St. Paulus. Karena alasan inilah, dia yakin bahwa kebangkitan badan akan dialami oleh bangsa Israel dan bangsa kafir.

St. Paulus juga mengajarkan bahwa kebangkitan merupakan suatu peristiwa yang sama sekali baru. Badan manusia akan dipersatukan kembali dengan jiwa dan akan dibangkitkan dalam keadaan yang serba baru: "Demikian pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kebinasaan dibangkitkan dalam kemuliaan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah" (I Kor 15,31-50).

 Catatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun