Pada tanggal 20 Februari 1980, Paus Yohanes Paulus II mengadakan audiensi di hadapan ribuan peziarah di lapangan Basilika Vatikan St. Petrus, Roma. Pada momen inilah dia berkata, "Tubuh sesungguhnya, dan hanya tubuh, mampu  membuat terlihat apa yang tidak terlihat yaitu yang spiritual dan yang ilahi" (TOB 19:4).
Isi ceramah yang disampaikannya dalam audiensi ini hanyalah salah satu dari 129 ceramah yang disampaikannya sejak tanggal 5 September 1979 hingga tanggal 28 Nopember 1984. Tradisi untuk beraudiensi pada hari Rabu ini terhenti dengan adanya usaha pembunuhan atas dirinya pada tanggal 13 Mei 1981. Setelah pulih, dia melanjutkan kebiasaannya untuk beraudiensi pada tanggal 11 Nopember 1981.
Tema ceramah yang disampaikannya adalah Kebangkitan Badan. Semua isi ceramah yang disampaikannya ini dikumpulkan dan dirangkum dalam sebuah buku, bukan oleh dirinya sendiri melainkan oleh P. Jan Glowczyk, seorang direktur penyimpanan arsip Paus Yohanes Paulus II , dengan judul "Teologi Tubuh" (The Theology of the Body).
Sakramentalitas Tubuh Manusia
Bagi Paus Yohanes Paulus II, tubuh manusia adalah tanda realitas ilahi atau tanda dari isi hidup Allah (Theos) sendiri. Dalam dan melalui tubuhnya, manusia mengenal Allah dan mengenal dirinya sebagai citra Allah. Manusia adalah citra Allah karena diciptakan dari isi hidup Allah sendiri (menurut gambar dan rupa Allah sendiri). Dengan demikian, tubuh manusia menjadi sakramen yang menghadirkan dan menjelaskan keberadaan dan kehidupan Allah sendiri.
Allah yang tidak kelihatan dikenal oleh manusia, ciptaan-Nya, melalui tubuh manusia. Allah menyatakan diri-Nya dalam tubuh manusia. Keyakinan iman ini tidak hanya menjadi tanggapan Gereja atas revolusi seksual dewasa ini, tetapi sebagai penerang untuk semua diskusi mengenai tubuh manusia.
Landasan Biblis
Keyakinan iman Paus Yohanes Paulus II mengenai sakramentalitas tubuh manusia berakar pada isi Kitab Suci sendiri, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, terutama seruan-seruan Yesus Kristus sendiri. Dalam Kitab Kejadian dibentangkan mengenai kisah penciptaan manusia (bdk. Kej 1:26-27). Dalam kisah ini dinyatakan bahwa Allah menyatakan diri-Nya dalam tubuh manusia ketika Dia menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri (bdk. Kej 1:26).
Kehadiran Allah dalam tubuh manusia tidak hanya tampak dalam pribadi manusia sendiri, tetapi juga dalam persekutuan antar pribadi, yaitu ketika manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan (bdk. Kej 1:27). Â Penciptaan manusia justru memperoleh wujudnya yang sempurna dalam persekutuan mereka sebagai suami-istri dalam ikatan perkawinan yang sah. Wujud persekutuan manusia sebagai suami-istri ini merupakan isi dari gambar dan rupa Allah.
Dalam Perjanjian Baru, permenungannya mengenai teologi tubuh dilandaskan pada misteri perkawinan antara laki-laki dengan perempuan. Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa dasar ikatan perkawinan yang mempersatukan seorang laki-laki dan seorang perempuan adalah hubungan antara Kristus sendiri dengan Gereja-Nya (bdk. Ef 5:21-33. Karena landasan inilah maka St. Paulus menegaskan bahwa ikatan persekutuan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami-istri merupakan sebuah misteri agung yang tersembunyi dalam Diri Allah sendiri dan kelak akan dinyatakan dalam sejarah hidup manusia. Dalam misteri kesatuan inilah tersingkap isi teologi tubuh.[1]
Fenomenologi Personalistik Karmelit