Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Riwayat Hidup Santo Yohanes Paulus II

24 Juli 2020   11:44 Diperbarui: 24 Juli 2020   11:50 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekembalinya ke tanah kelahirannya, dia ditugaskan menjadi pastor mahasiswa sambil melanjutkan studinya di Universitas Katolik Lublin dan meraih gelar doktor di bidang Teologi Moral dan Filsafat pada tahun 1953. Tesis doktoral yang ditulis dan dipertahankannya berjudul, "Evaluation of the Possibility of Founding a Catholic Ethic on Ethical System of Max Scheler". Berkat dedikasinya yang tinggi dan mendalam dalam dunia pendidikan, pada tahun 1954, dia dinobatkan menjadi Guru Besar di bidang Teologi Moral dan Etika Sosial di Seminari Tinggi Krakow dan di Fakultas Teologi Lublin.

Empat tahun kemudian, tepatnya tanggal 4 Juli 1958, Paus Pius XII mengangkatnya menjadi Uskup Auxilier[3] Keuskupan Krakow dan menerima tahbisan episkopat dari tangan Uskup Agung Egeniusz Baziak di Gereja Katedral Wawel, Krakow pada tanggal 28 September 1958. Pada tanggal 13 Januari 1964, Paus Paulus VI[4] mengukuhkan dirinya menjadi Uskup Agung Krakw. 

Sebagai Uskup, dia diundang untuk menghadiri Konsili Vatikan II. Dia berperan aktif dengan menyumbangkan buah-buah pikiran yang sangat berarti dalam penyusunan Konstitusi Pastoral Gereja dalam Dunia Modern (Gaudium et Spes) dan deklarasi tentang Kebebasan Beragama (Dignitatis Humanae) dan dekrit tentang Upaya-upaya Komunikasi Sosial (Inter Mirifica).

Pada tanggal 26 Juni 1967, Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi Kardinal. Setelah Paus Paulus VI wafat di bulan Agustus 1978, dia menghadiri konklaf[5] di Vatikan untuk memilih paus yang baru. Dalam tuntunan Roh Kudus, konklaf memilih Kardinal Albino Luciani, Kardinal Venezia, sebagai pemimpin Gereja Roma yang baru dengan nama Paus Yohanes Paulus I.[6] Tatkala diangkat menjadi paus, beliau masih berusia 65 tahun. Namun, dalam usia kepemimpinannya yang masih relatif singkat, yaitu tiga puluh tiga hari, dia dipanggil Sang Pencipta untuk menghadap hadirat-Nya. 

Konklaf kepausan untuk memilih pengganti Paus Yohanes Paulus I diselenggarakan pada tanggal 28 September 1978. Gerakan Roh Allah yang menerangi hati dan pikiran para peserta konklaf memutuskan Kardinal Karol Wojtyla sebagai pemimpin Gereja Roma yang baru. Dia dipilih tatkala masih berusia 58 tahun. Sebagai paus, dia memilih nama Yohanes Paulus II. Pengganti Rasul Petrus yang ke 263 ini adalah paus pertama asal Polandia.

Sejak menduduki takhta kepausan, dia gigih memperjuangkan hak asasi manusia, kebebasan beragama, hak para buruh, hak atas pendidikan agama di sekolah serta kebangkitan Gereja di tengah tekanan rezim komunis yang berusaha menanamkan paham ateisme, materialisme dan sekularisme kepada umat Katolik Polandia. Kegigihan perjuangannya berpuncak pada dukungannya untuk membentuk gerakan ekumenis di kalangan Gereja Kristen serta menjalin relasi demi terciptanya kerukunan di antara umat beragama, terutama dengan kaum non Kristiani.

Pergerakan ekumenis ini terwujud melalui aneka pertemuan di antara pemimpin Gereja, penyelenggaraan ibadat bersama dan khotbah di Gereja Lutheran di Roma; sedangkan gerakan penciptaan kerukunan di antara umat beragama yang berbeda keyakinan dilakukan melalui kunjungan ke Sinagoga Yahudi, Masjid Umayah di Damsyik dan acara doa bersama yang dihadiri oleh utusan dari semua agama di Asisi.

Derap perjuangannya dirumuskan dalam ensiklik pertamanya tentang berbagai aspek penebusan dan pengutusan Gereja untuk berdialog dengan semua bangsa demi penyelamatan manusia, 'Redemptoris Hominis'.

Wafat dan Kanonisasi

Pada tanggal 31 Maret 2005, Paus Yohanes Paulus II mengalami septic shock akibat penyebaran infeksi disertai demam tinggi dan menurunnya tekanan darah karena adanya infeksi di saluran kemih. Dalam situasi batas yang dialaminya ini, Kardinal Stanislaw Dziwisz, sekretaris pribadinya memberikan Sakramen Pengurapan Orang Sakit kepadanya.

Pada tanggal 2 April 2005, sekitar pukul 15:30 CEST (Waktu Eropa Tengah pada musim panas), dia mengalami koma selama lebih kurang empat jam. Dia menghembuskan napasnya yang terakhir di apartemen pribadinya pada jam 21:37 CEST akibat gagal jantung karena tekanan darah yang rendah dan penghentian peredaran darah. Dia meninggalkan bumi fana ini ketika berusia 85 tahun, 46 hari. Dia memimpin Gereja Katolik Roma selama 27 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun