Awalnya ia tidak terpanggil untuk hidup pastoral. Dalam perjalanan waktu ia menyadari bahwa Allah memanggilnya untuk menjadi gembala ditengah-tengah orang lain dan dengan demikian memberikan anugerah kebenaran kepada orang-orang lain.
Tahun 395 ia ditahbiskan menjadi Uskup di Hippo. Ia seorang Uskup teladan dalam kegiatan pastoralnya. Beberapa kali dalam seminggu ia berkothbah bagi umatnya, kaum miskin dan yatim piatu dibantunya, dan dengan teliti diperhatikannya pembinaan para rohaniwan serta organisasi biara-biara untuk pria dan wanita.
Di Hippo (kini disebut Annaba, di Pantai Aljazair) ia menjadi uskup selama lebih dari 35 tahun. ia membantu Gereja dalam melawan kaum bidaah seperti Manikheisme, Donatisme dan Pelagianisme yang ketiganya mengancam iman Kristiani akan Allah yang satu dan besar belaskasihan-Nya.
Baca juga : Kajian Kritis Etika Perspektif St Agustinus dan St Thomas Aquinas
Ia wafat pada 28 Agustus 430 dalam usia yang belum genap 76 tahun. Empat tahun sebelumnya wafat, ia memilih penggantinya yang bernama Heraclius. Spontan orang banyak berseru 23 kali: "Syukur kepada Allah! Terpujilah Kristus!"
Ia mencetuskan ungkapan crede ut intelligas (saya percaya supaya mengerti) yang mengandung arti bahwa kepercayaan membuka jalan untuk masuk melalui gerbang kebenaran, dan sekaligus intellige ut credas (saya mengerti untuk percaya) yang mengandung arti "Selidikilah kebenaran untuk menemukan Allah dan untuk percaya".
Sumber
Altaner, Berthold. Patrology (judul asli: Patrologie), diterjemahkan oleh Hilda C. Graef. Freiburg: Herder KG, 1960.
Aquiline, Mike. The Fathers of the Church. An Introduction to the First Christian Teachers. Huntington: Our Sunday Visitor Publishing Division Our Sunday Visitor, 1994.
Paus Benediktus XVI, Bapa-bapa Bereja. Hidup, Ajaran dan Relevansi bagi Manusia di Zaman Kini. Malang: Dioma, 2010.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H