Menjadi hal penting
Teman menjadi hal yang sangat penting dalam menjalani panggilan, dan saya pikir bukan hanya sebagai caon imam tetapi juga jalan hidup yang lain. Inilah kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang bersama dengan yang lain meneguhkan eksistensi. Teman dalam panggilan ini banyak kegunaannya. Bukan bermaksud menjadikannya sebagai benda tetapi yang saya maksud di sini ialah fungsi teman.
Dalam menjalani panggilan ada kalanya kita merasa bosan atau bingung. Dalam hal ini teman bisa memberikan suatu kreatifisasi hidup yang membuat bosan atau bingung itu kehilangan asalan adanya.Â
Di kala dirasa beratnya mengerjakan tugas, teman membantu meringankannya. Kalau hendak jalan-jalan ke kota harus bawa teman biar tidak kena cap sebagai yang pergi diam-diam untuk suatu tujuan yang pribadi sifatnya dan juga untuk bertukar pendapat tentang apa yang membuat hati kita tertarik saat berjumpa dengan banyak hal yang ada di kota. Dalam hal ini teman menjadi syarat untuk ke kota. Kalau tidak ada teman jangan coba-coba pergi ke kota.
Sebetulnya, teman hampir menjawab segala yang kita perlukan dalam menjalani hidup. Dia adalah segalanya. Dia menyediakan banyak hal yang kita perlukan. Kita memang sangat butuh teman.
Tidak ada alasan yang masuk akal jika kita tidak butuh teman atau bantuan dari teman saat menjalani hidup ini. Â Kita adalah makhluk yang terbatas, yang karena keterbatasan itu tidak selamanya kita bisa siaga terhadap semua yang terjadi dalam hidup kita. Pada saat ini mungkin kita bisa tampil dengan penuh kesiagaan tetapi siapa bisa menebak tentang apa yang akan terjadi pada hari esok.
Syukur pada Tuhan yang menciptakan kita sempurna dengan bantuan teman yang sepadan dengan kita. Kesempurnaan kita terletak pada seberapa setianya diri kita berada dalam kebersamaan dengan teman.Â
Di sana kita bersama teman kita berada dalam kegiatan saling memberi sesuatu yang masing-masing kita butuhkan. Kalau mau disingkat, teman adalah rahmat terbesar yang boleh kita dalami sebagai bagian dari hidup kita.
Rasa marah atau permusuhan memang sering terjadi dan kita tergoda untuk memandangnya atau menilainya sebagai sebuah tanda bahwa tidak semua adalah baik yang keluar dari teman.Â
Bagi saya itu keliru. Rasa marah dan permusuhan adalah tanda bahwa kita masing-masing belum berhasil menemukan hal terindah yang disediakan Tuhan  bagi kita melalui teman.Â
Rasa marah dan permusuhan adalah suatu bentuk dialog timbal-balik atau diskusi antara kita dengan teman tentang mana yang seharusnya terjadi atau mana yang merupakan kehendak Tuhan.