Dikisahkan pada rentan kisaran tahun 2007 hingga 2013
Disebuah kampung kecil hiduplah sepasang suami isteri bernama pak sa dan am yang dianugerahi 5 orang anak yaitu Asma, Uzair, Dihya, Abay dan farhanah.
Anak sulung Asma sudah menikah dan telah dikaruniai 3 orang putri yang jelita, Uzair,Dihya dan Abay mereka adalah 3 anak laki-laki yang memiliki usia yang berdekatan yaitu selisih 3 tahunan sedangkan farhanah masih bayi yang lucu dan menggemaskan.
Suatu ketika Pak sa  dan Bu am seperti biasa di musim hujan mengajak ketiga putranya untuk membantunya disawah dan si kecil farhanah terpaksa harus dititipkan ke tetangga karena cuaca disawah tidak baik untuk kesehatannya.
Uzair dan kedua adiknya dihya dan abay saling berebutan memakai kompos (dibaca : sejenis sepatu khusus untuk ke sawah atau ladang) mereka saling tidak mau mengalah. Karena kebetulan mereka cuma punya satu pasang kompos yang biasanya dua antaranya memakai sendal jepit ketika ke sawah.
Uzair : "Aku paling besar kalin harus mengalah " pungkas uzair selaku yang tertua.
"Aku yang paling kecil, seharusnya kakak berdua ini yang megalah" Abay mengeram disertai isak tangis.
Sementara dihya dengan santainya memakai kompos disaat kakak dan adiknya adu mulut, " yeah aku duluan" dihya kegirangan sambil berlari tak karuan.
Mengetahui si dihya memakai kompos tanpa kesepakan terlebih dahulu, uzair dan abay mengamuk dan mengejar dihya .Â
"Aku yang harus memakainya" sontak uzair dan abay bersamaan mengatakan nya.
"Kemarilah jago jagoanku" pak sa berkata, " didampingi bu am dengan membawa kardus berisi tiga kompos untuk ketiga anak lelakinya.
Uzair, dihya dan abay berlari kegirangan menghampiri kedua orang tuanya.
"Alhamdulillah sekarang kita punya masing" ucap uzair yang dibalas dengan tari kegirangan dihya dan abay.
Kemudian setelah perang dingin , mereka semua bergegas ke sawah dengan membawa bekal dan perlengkapan yang dibutuhkan.
Abay : " bu abay bawa barang kecil-kecil aja ya, kemarin-kemarin saja abay sakit tangan kiri karena terlalu berat" pinta abay disertai raut muka yang sedih.
"Baiklah, abay bawa rantang (tempat untuk nasi beserta lauknya" ucap ibu.
"Mengapa abay selalu bawa yang kecil sih bu , dihya juga kan sama masih kecilcapek bawa barang besar terus " Â pinta dihya disertai wajah yang kesal.
Dihya kan lebih besar dari abay, jadi bawa barang juga harus sedikit lebih besar dari abay ya" ucap pak sa
"Iya ya, kamu bawa cangkul aja hehe" ucap uzair disertai tawa kecil dan abay menambahi " iya bang dihya bawa itu aja, cocok mirip pak sugeng ( seorang kakek tua yang pekerjaannya kuli cangkul dikampung) semuanya tertawa ".
Dihya terdiam dan berbicara dalam hati "awas kalian berdua, tapi aku kua kok bawa cangkul" dihya membatin dan meyakinkan diri.
Berangkatlah mereka semua ke sawah dan ditengah perjalanan bu am menitipkan si kecil farhanah ke bu sulis yang masih memiliki hubungan handai tolan dekat dengan keluarganya.
Dalam perjalanan yang cukup jauh. Dihya dan Uzair balap lari sedangkan abay merengek kecapean dan minta untuk digendong sang ayah (pak sa)
"Ayah gendong aku yah, aku kecapean"Â
Pinta abay dan ayah langsung menggendongnya. dan barang bawaan abay di titipkan ke uzair.
Sekian!Â
Kalo rame lanjut part 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H