Uzair, dihya dan abay berlari kegirangan menghampiri kedua orang tuanya.
"Alhamdulillah sekarang kita punya masing" ucap uzair yang dibalas dengan tari kegirangan dihya dan abay.
Kemudian setelah perang dingin , mereka semua bergegas ke sawah dengan membawa bekal dan perlengkapan yang dibutuhkan.
Abay : " bu abay bawa barang kecil-kecil aja ya, kemarin-kemarin saja abay sakit tangan kiri karena terlalu berat" pinta abay disertai raut muka yang sedih.
"Baiklah, abay bawa rantang (tempat untuk nasi beserta lauknya" ucap ibu.
"Mengapa abay selalu bawa yang kecil sih bu , dihya juga kan sama masih kecilcapek bawa barang besar terus " Â pinta dihya disertai wajah yang kesal.
Dihya kan lebih besar dari abay, jadi bawa barang juga harus sedikit lebih besar dari abay ya" ucap pak sa
"Iya ya, kamu bawa cangkul aja hehe" ucap uzair disertai tawa kecil dan abay menambahi " iya bang dihya bawa itu aja, cocok mirip pak sugeng ( seorang kakek tua yang pekerjaannya kuli cangkul dikampung) semuanya tertawa ".
Dihya terdiam dan berbicara dalam hati "awas kalian berdua, tapi aku kua kok bawa cangkul" dihya membatin dan meyakinkan diri.
Berangkatlah mereka semua ke sawah dan ditengah perjalanan bu am menitipkan si kecil farhanah ke bu sulis yang masih memiliki hubungan handai tolan dekat dengan keluarganya.
Dalam perjalanan yang cukup jauh. Dihya dan Uzair balap lari sedangkan abay merengek kecapean dan minta untuk digendong sang ayah (pak sa)