Mohon tunggu...
Dedi Mursadi
Dedi Mursadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PBSI FIP UMJ

Mahasiswa dan Aktivis yang kebetulan bisa menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan di Era Globalisasi: Guru Vs Vuca

25 November 2023   20:45 Diperbarui: 25 November 2023   21:24 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia. Banyaknya jumlah penduduk di suatu negara semestinya bisa menjadi sebuah tolok ukur kemajuan negara,  namun hal itu bisa terjadi jika diiringi dengan SDM  yang berkualitas. 

Maka upaya yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah dengan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kapasitas atau berkuliatas. Oleh karena itu langkah awal yang harus ditempuh yaitu dengan memperbaiki berbagai aspek dan bidang, dan salah satunya dalam bidang Pendidikan.

Pada dasarnya Pendidikan adalah sesuatu yang mulia. Pendidikan mampu ntuk meningkatkan dan mengembangkan harkat dan martabat manusia. Mampu memperbaiki kualitas diri yang lebih mumpuni dalam seluruh aspek kehidupan, dan dengan Pendidikan manusia lebih mengenal seluruh makhluk  sang pencipta seluruh alam semesta. Baik manusia dari selurh belahan dunia, binatang-binatang di darat, udara atau air, dan tumbuh-tumbuhan dalam berbagai jenis.

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menghasilkan peserta didik yang secara aktif. Serta menciptakan lingkungan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Hal tersebut untuk membangkitkan kecerdasan, moralitas, pengendalian diri, serta kekuatan keagamaan dan spiritual yang diperlukan bagi dirinya, komunitasnya, negaranya. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.

Namun jika kita melihat keadaan saat ini, Pendidikan mulai kehilangan esensinya. Di era globalisasi sekarang ini budaya-budaya Barat dengan mudahnya masuk dan merusak moral dan etika generasi Bangsa. Maka hal tersebut menjadi tantangan baru bagi pemerintah dan segenap Akademisi untuk menjawab dan menyelesaikan masalah tersebut. Oleh sebab itu sudah seharusnya  Pemerintah dan segenap Akademisi melakukan sebuah transformasi. Karena  zaman telah berkembang begitu cepat dan pesat. Laju globalisasi yang pesat akan menghambat dan merusak generasi bangsa dari segi Budaya dan etika.

Era globalisasi telah terjadi beberapa tahun ke belakang hingga sekarang. Globalisasi mengubah sudut pandang dan gaya kehidupan sehari-hari, seperti di negara muslim yaitu Indonesia. Ketergantungan dan terbawa gaya hidup barat yang menjarah generasi muda Indonesia. Arus yang cepat dan bervariasi, membuat gaya hidup semakin global, seperti gaya berpakaian, makan, dan gaya hidup.

Terutama di generasi muda yang berdampak dalam beberapa aspek dan sektor kehidupan, seperti: ekonomi, sosial, keagamaan, dan yang terutama Pendidikan di sektor Pendidikan. Globalisasi sangat memberikan pengaruh besar dalam penyelenggaraan pendidikan. Mulai dari tujuan, proses, hubungan antara Guru dan siswa sehingga berdampak pada etika dan moral, yang juga berpengaruh dengan metode yang diberikan. Karena ada aspek  yang bersifat materialistik dan mengikuti budaya barat.

Bahkan yang terjadi saat ini para orang tua atau siswa mereka lebih mempertimbangkan untuk memilih lembaga pendidikan yang mampu menjamin masa depan mereka untuk hidup yang berkecukupan, tanpa mementingkan bagaimana etika dalam bersikap, berucap dan berpakaian. Tentu hal ini  sangat melukai pendidikan secara umum dan sudah jauh dari tujuan mulia Pendidikan.

Tentu saja hal ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap bagaimana anak-anak bangsa berkembang sebagai individu. Indonesia mempunyai budaya dan kepribadian khas yang mendukung moral dan nilai-nilai dalam masyarakat, ramah tamah, memiliki ambang batas toleransi yang tinggi, serta saling menghormati dan membantu satu sama lain. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting untuk menjaga kualitas-kualitas dan budaya tersebut.

Salah satu unsurnya adalah mengatasi dampak globalisasi terhadap pendidikan,. Karena tingkat pendidikan suatu negara menentukan sejauh mana kemajuannya. Pengembangan Kamil atau kesempurnaan manusia menuju ketaatan kepada Allah dan kenikmatan hidup dunia dan akhirat merupakan tujuan pendidikan dari sudut pandang agama. Pendidikan dalam di Indonesia harus secara bersamaan memperhatikan dan mengaktualisasikan tiga bidang krusial, yaitu aspek kognitif, emosi, dan psikomotorik.

Pada dasarnya juga pendidikan harus mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan menjadikan peserta didik lebih logis, kritis, dan toleran. Pendidikan  harus mempunyai kekuatan untuk menyucikan emosi masyarakat dan mentransformasikan pola pikirnya agar menjadi manusia yang lebih berbelas kasih, inklusif, toleran, pluralistik, dan manusiawi serta peduli menjaga kosmos dan lingkungan hidup. Pendidikan Islam perlu mampu mengembangkan akhlak dan kebijaksanaan serta perilaku sosial yang lebih beradab dan santun.

Dalam hal lain, ada permasalahan yang harus juga ditangan dengan tanggap oleh Pemerintah. Yaitu kualitas Pendidikan dalam Instansi Pendidikan di Indonesia, yang mana masih jaudah dari harapan. Hal tersebut dari segi sarana dan prasaran, kualitas guru dan sistem dan kurikulum yang diberikan kepada peserta didik. Hal-hal tersebut harus menjadi bagian penting yang semestinya dibenahi oleh para Akademisi, sehingga mampu menghadapi tantangan di era globalisasi dan juga VUCA (Volatulity, Uncercainty, Complexity, and Ambiguity). 

Saat ini manusia hidup di era VUCA (Volatility, Uncercainty, Complexity, dan ambiguity). Vuca merupakan suatu kondisi ketika perubahan terjadi sangat cepat, tidak pasti, kompleks, dan ambigu. Hal ini kalau kita korelasikan antara Pendidikan dengan era globalisasi, tentu mempunyai keterkaitan yang sangat tepat. Saat ini perubahan terjadi sangat cepat, dari satu keadaan kekeadaan lain, sehingga membuat sesuatu  tidak stabil dan tidak teratur. Membuat manusia sekarang ini kewalahan dalam mengahadapi perubahan yang cepat, tanpa adanya  sebab  dan akibat. Hal tersebut tidak terjadi pada satu   aspek saja, tetapi kompleks.

Maka dari itu sudah menjadi tugas dan kewajiban Guru dalam mempertahankan autentikasi moral-moral anak bangsa di era Globalisasi dan tantangan VUCA. Di era Vuca dan globalisasi yang begitu pesat. Para Akademisi  harus mengambil langkah-langkah strategis dan konkret untuk memecahkan permasalahan yang terjadi. Ada beberapa yang memang harus dipersiapkan  oleh para Guru untuk mempertahankan eutentikasi pendidikan dan budaya di Indonesia.

Pertama, menyelesaikan persoalan dikotomi. Yaitu dualisme Pendidikan Islam dan Pendidikan Umum. Persoalan lama yang hingga saat ini ada harus dibenahi. Anggapan bahwa Pendidikan Islam seperti Pondok Pesantren tertinggal dan tidak modern harus dihapuskan. Pendidikan Islam dan Pendidikan Umum juga harus disatupadukan dan dikuatkan, sehingga generasi bangsa dalam menghadapi VUCA di era globalisasi tidak hanya didasari kecerdasan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga dengan keimanan dan taqwa. Dengan seperti itu moralitas, budaya dan karakter anak bangsa tetap terjaga keautentikasinya.

Kedua, Sinergikan kurikulum dan materi. Materi pendidikan  diperbaharui dengan meluas dan general, yaitu Dimensi vertikal kepada Allah SWT dengan Al-Qur'an dan Hadist serta kitab-kitab yang dibuatkan para ulama terdahulu. Kemudian disinergikan dengan orientasi dalam pengelolaan ilmu teknologi (IPTEK), sehingga Pendidikan di Indonesia tidak selalu yang kaku dan kuno dengan menggunakan papan tulis atau instrumen yang sifatnya terkesan zaman dahulu

Ketiga Manajemen Pendidikan. Manajemen Pendidikan  pada hakikatnya adalah tentang pengalokasian waktu, ruang, keuangan, sumber daya manusia, dan fasilitas secara efisien sekaligus mengelola dan mengendalikannya. Hal ini memerlukan pengembangan visi budaya nasional yang berpikiran maju, internasional, metodis, dan berbeda. Sejumlah definisi rinci tentang prinsip-prinsip yang menjadi pedoman penyelenggaraan pendidikan  antara lain: Ikhlas, Jujur, Amanah, Adil, Bertanggung Jawab, Dinamis, Realistis, dan Fleksibel.

Maka dari ketiga poin yang dijelaskan di atas kemungkinan besar bisa dilakukan para Guru untuk mengatasi permasalahan globalisasi yang terjadi. Pendidikan di Indonesia sudah seharusnya menjadi garda terdepan dalam menangani arus globalisasi yang serba cepat seperti sekarang ini. VUCA yang setiap waktu dan tempat mengancam untuk selalu siap menghadapi segala perubahan dan perputaran arus kehidupan harus dihadapi dengan kreativitas dan intelektualitas. \Para Guru harus lebih berani dan kreatif untuk terus mempertahankan, memperbaharui dan meningkatkan esensi dan eksistensi dari Pendidikan Indonesia dalam menghadapi VUCA. Sehingga budaya, moralitas dan karakter anak Bangsa ke depan mampu tetap terjaga keautentikannya secara baik.

Selamat hari Guru untuk para guru-guru tangguh di tengah era globalisasi yang tidak menentu. Setiap tempat adalah Sekolah dan setiap orang adalah Gur. Semoga selalu ikhlas beramal dalam berbakti kepada bangsa dan negaea

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun