Mohon tunggu...
Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi Mohon Tunggu... Penulis - Dedi Mulyadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis memberikan kontribusi bagi masyarakat , mencerdaskan masyarakat, tidak diperkenankan mengutip tulisan untuk komersial.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Hindari Polarisasi Capres 2024, Sebaiknya Lebih dari Dua Pasangan

15 Februari 2022   13:40 Diperbarui: 14 Mei 2022   19:58 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebentar lagi Bangsa Indonesia menyelenggarakan hajat demokrasi Pemilu 2024, dalam negara demokrasi Pemilihan Umum adalah salah satu pilar proses demokrasi kehendak rakyat.

Pemilu adalah sarana  demokrasi sebagai kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsug, bebas, umum, rahasia, jujur,  dan adil didalam  bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45.

Sambut Pemilu 2024 dengan riang gembira sebagai pesta demokrasi dalam rangka memperkuat tali persatuan  dan kesatuan bangsa.

Alhamdulillah dengan perdebatan yang panjang dalam menentukan jadwal Pemilu 2024, akhirnya Pemerintah, DPR dan Komisi Pemilhan Umum (KPU), menyepakati tanggal pemilu serentak 2024. Pemilu Serentak akan digelar 14 Februari, sedangkan  Pilkada 27 November.

Seperti yang diketahui sudah dua kali pemilu, khususnya Pilpres yang lalu di 2014 dan 2019 hanya ada dua pasangan calon yakni  Joko Widodo dan Prabowo Subianto hanya capresnya saja berbeda,   Prabowo Subianto saat itu berpasangan  Hatta Rajasa dan Sandiaga Uno.

Sedangkan Joko Widodo menggandeng Jusup Kalla di 2014 dan KH. Ma;ruf Amin. Joko Widodo berhasil memenangkan Plpres 2014 dan 2019.

Sempat ada wacana Joko Widodo kembali dicalonkan menjadi Presiden tiga priode, padahal wacana itu mengada-ada, sebab konstitusi amandemen yang mencerminkan perjuangan reformasi masa jabatan hanya dua priode.

Menanggapi isue yang berkembang  perihal penambahan masa jabatan Presiden tiga priode tertutup sudah,  dengan adanya kesepakatan jadwal Pemilu serentak pada 2024, pupus sudah mimpi jabatan Presiden tiga priode nanti di 2024 bakal ada Presiden baru.

Untuk menghindari polarisasi (keterbelahan) di masyarakat sebaiknya Capres lebih dari dua pasangan belajar dari Pemilu 2014 dan 2019, menghindari polarisasi kelompok.

Pendukung Joko Widodo dijuluki dengan sebutan cebong dan Pendukung Prabowo dengan sebutan kampret  kabarnya kampret sudah diganti dengan sebutan kadrun.

Dimedia sosial masih saja sebutan cebong dan kadrun masih menghiasi aplikasi disosial media, bahkan kadang dimedia mainstream masih dijumpai sebutan cebong dan kadrun.

Dengan merajut tali persatuan dan kesatuan di Pemilu 2024 seyogyanya lebih dari dua pasangan Capres , Insya Allah sebutan cebong dan kadrun akan sirna dan tamat riwayatnya, jangan ada  air mata dan darah jatuh ke bumi hanya karena pesta demokrasi pemilu (dm).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun