Kehidupan ibarat perjalanan panjang yang penuh liku, sedangkan kematian adalah tujuan akhir yang tak seorang pun mampu menghindar darinya. Sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah, Raja Iskandar Zulkarnain tidak hanya dikenal karena kekuatan militernya, tetapi juga kebijaksanaannya. Kisah menjelang wafatnya memberikan kita pelajaran berharga tentang arti hidup, kematian, dan apa yang benar-benar penting dalam perjalanan manusia di dunia ini.
Ketika ajalnya sudah dekat, Iskandar Zulkarnain memberikan tiga permintaan terakhir kepada panglima perangnya. Permintaan-permintaan ini terlihat sederhana, tetapi di baliknya tersimpan pesan mendalam yang relevan hingga kini.
Permintaan Pertama: Dokter Terbaik untuk Mengusung Peti Mati
Raja Iskandar meminta agar peti matinya diusung oleh dokter-dokter terbaik dari seluruh penjuru dunia. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab dengan penuh keteguhan:
"Aku ingin dunia tahu bahwa sehebat apa pun kemampuan manusia, kematian adalah takdir yang tidak bisa dihindari. Bahkan dokter terbaik pun tak mampu menahan maut ketika Allah telah berkehendak."
Pesan ini begitu kuat. Di tengah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, sering kali kita lupa bahwa hidup dan mati adalah sepenuhnya kuasa Tuhan. Kita boleh saja berusaha menjaga kesehatan, tetapi pada akhirnya, takdir setiap manusia ada di tangan-Nya. Seperti kata Epictetus, filsuf Stoik terkenal:
"Kematian itu bukan sesuatu yang harus ditakuti. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani hidup sebelum kematian itu tiba."
Permintaan Kedua: Menebar Koin Emas Sepanjang Jalan
Permintaan berikutnya adalah agar seluruh koin emas dan harta kekayaan milik Iskandar disebarkan di sepanjang jalan dari istana menuju pemakamannya. Panglima yang kebingungan kembali bertanya, dan sang raja menjelaskan:
"Aku ingin dunia tahu bahwa harta yang kita kumpulkan di dunia ini tidak akan kita bawa ke akhirat. Segala kekayaan hanya bermanfaat selama kita hidup, tetapi setelah itu, semuanya kehilangan maknanya."
Harta sering kali menjadi tujuan utama manusia, tetapi apa gunanya semua kekayaan jika kita meninggalkan dunia ini dengan tangan kosong? Hal ini mengingatkan kita pada nasihat Mahatma Gandhi:
"Kekayaan sejati bukanlah apa yang kita miliki, tetapi apa yang kita bagikan kepada orang lain."
Pesan ini mendorong kita untuk melihat kekayaan sebagai alat, bukan tujuan. Kita diingatkan untuk memanfaatkan harta untuk membantu sesama, bukan hanya untuk memuaskan keinginan pribadi.
Permintaan Ketiga: Tangan Keluar dari Peti Mati
Permintaan terakhir sang raja adalah agar salah satu tangannya dibiarkan keluar dari peti mati, tergantung dan terlihat oleh semua orang yang menyaksikan prosesi pemakamannya. Ketika panglima bertanya alasannya, Iskandar menjawab dengan mata berkaca-kaca:
"Biarkan tangan ini tergantung di luar peti mati agar dunia tahu bahwa manusia lahir dengan tangan kosong dan akan pergi dari dunia ini dalam kondisi yang sama---tidak membawa apa pun."
Kalimat ini begitu menggugah. Manusia sering kali terjebak dalam keinginan untuk memiliki lebih banyak---lebih banyak harta, lebih banyak kekuasaan, lebih banyak penghargaan. Namun pada akhirnya, kita hanya akan meninggalkan jejak amal, bukan tumpukan benda. Seperti kata Albert Camus:
"Di tengah musim dingin, aku akhirnya belajar bahwa di dalam diriku ada musim panas yang tak terkalahkan."
Jejak yang kita tinggalkan di dunia adalah refleksi dari nilai-nilai yang kita pegang, bukan dari jumlah kekayaan atau pencapaian duniawi semata.
Pelajaran Besar dari Wasiat Sang Raja
Dari tiga permintaan tersebut, Raja Iskandar Zulkarnain mengajarkan kita tentang tiga pilar penting dalam kehidupan:
- Keterbatasan manusia terhadap takdir: Sebanyak apa pun usaha kita, ada batas yang tidak bisa kita kendalikan.
- Kesementaraan duniawi: Harta, kekuasaan, dan kejayaan dunia tidaklah abadi.
- Kekosongan awal dan akhir manusia: Hidup kita adalah pinjaman, dan yang benar-benar kita miliki adalah amal dan kebaikan yang kita lakukan.
Dalam agama Islam, hal ini juga sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:
"Sesungguhnya dunia ini hanyalah tempat bercocok tanam untuk akhirat."
Kita diingatkan bahwa hidup adalah kesempatan untuk menanam kebaikan, membangun amal, dan menebarkan manfaat. Tidak ada satu pun yang kita miliki di dunia ini yang akan menyertai kita kecuali amal perbuatan.
Renungan untuk Kita Semua
Kisah Raja Iskandar Zulkarnain bukanlah sekadar cerita sejarah. Ia adalah cerminan dari pertanyaan mendasar yang harus kita renungkan: Apa tujuan kita hidup?
Apakah kita hidup hanya untuk mengejar harta dan status? Ataukah kita sedang berusaha membangun kehidupan yang bermakna bagi diri sendiri dan orang lain?
Sebagaimana pesan bijak Marcus Aurelius:
"Jika seseorang mengingat bahwa hidup adalah perjalanan singkat, ia akan memilih untuk melakukan hal-hal yang benar-benar penting."
Mari kita jadikan hidup ini sebagai perjalanan untuk menebar manfaat dan kasih sayang. Karena pada akhirnya, hanya itulah yang akan kita bawa ke keabadian.
Penutup
Wasiat Raja Iskandar Zulkarnain adalah pengingat yang abadi bahwa hidup bukanlah tentang apa yang kita kumpulkan, tetapi tentang apa yang kita tinggalkan. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menjalani hidup dengan penuh makna, menjadikan setiap detik sebagai ladang kebaikan, dan melepaskan keinginan duniawi yang hanya sementara.
Sebab, pada akhirnya, seperti tangan kosong sang raja, kita pun akan kembali kepada-Nya dengan tangan kosong. Yang tertinggal hanyalah amal dan doa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H