Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering terjebak dalam keinginan untuk berbicara, mengutarakan pikiran, atau bahkan membela diri. Namun, pernahkah kita berhenti sejenak untuk benar-benar mendengarkan? Mendengarkan bukan sekadar aktivitas telinga, tetapi melibatkan hati, pikiran, dan empati. Inilah seni mendengarkan, sesuatu yang sederhana tetapi penuh makna, dan sayangnya, semakin jarang dilakukan.
Sebagai makhluk sosial, kita tentu ingin dimengerti. Tapi ironisnya, untuk dimengerti, kita perlu mendengarkan lebih dulu. Sebuah renungan sederhana: Apa yang terjadi jika semua orang berbicara tanpa ada yang mendengarkan? Kekacauan, bukan?
Mengapa Mendengarkan Itu Penting?
Mendengarkan adalah cara kita memberikan ruang bagi orang lain untuk berbagi cerita, pemikiran, bahkan perasaan. Ketika kita mendengarkan, kita sebenarnya sedang mengatakan, "Aku peduli padamu."
Ada sebuah kisah yang pernah saya dengar. Seorang sahabat Rasulullah SAW pernah bertanya, mengapa Rasulullah selalu didatangi orang untuk berbagi keluh kesah? Jawabannya sederhana: Rasulullah mendengarkan mereka dengan penuh perhatian, tanpa menghakimi, tanpa terburu-buru menyela, dan dengan hati yang tulus.
Lihatlah bagaimana seni mendengarkan dapat menciptakan kedamaian dan kehangatan dalam hubungan. Di sisi lain, ketidakmampuan kita mendengar dapat memutuskan tali kasih sayang, bahkan menciptakan konflik.
Seni Mendengarkan di Tengah Kesibukan
Mungkin Anda berpikir, "Saya terlalu sibuk untuk mendengar orang lain." Namun, kenyataannya, mendengarkan tidak memerlukan waktu khusus. Mendengarkan yang baik bisa dimulai dengan hal-hal kecil:
Berhenti sejenak saat orang berbicara
Ketika seseorang menyapa Anda atau memulai pembicaraan, berhentilah sejenak. Fokuskan perhatian, jangan sibuk memikirkan respons apa yang akan Anda berikan.Jangan cepat menghakimi
Kadang, kita terlalu cepat mengambil kesimpulan sebelum orang selesai berbicara. Cobalah untuk memahami maksud mereka lebih dulu.Tunjukkan perhatian melalui gestur sederhana
Anggukan kepala, senyuman kecil, atau kontak mata bisa menjadi cara untuk menunjukkan bahwa Anda benar-benar hadir.
Contoh Nyata Seni Mendengarkan
Saya pernah menyaksikan seorang guru di madrasah yang memiliki cara unik dalam mendengarkan muridnya. Ketika seorang siswa bercerita, guru ini akan berhenti dari aktivitasnya, menatap mata siswa itu, dan berkata, "Ceritakan, saya ingin mendengar lebih banyak." Sederhana, tapi siswa itu merasa dihargai, dan hubungan guru-siswa pun semakin erat.
Bandingkan dengan seseorang yang hanya mendengar sambil lalu, tanpa memperlihatkan perhatian. Bukankah itu membuat lawan bicara merasa tidak penting?
Mendengarkan sebagai Ladang Ibadah
Dalam Islam, mendengarkan memiliki nilai spiritual yang tinggi. Allah SWT berfirman:
"Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal." (QS Az-Zumar: 18)
Ayat ini mengajarkan kita untuk mendengarkan dengan hati yang terbuka, tidak hanya untuk manusia, tetapi juga untuk memahami pesan-pesan kebaikan yang datang dari-Nya.
Belajar Mendengarkan, Belajar Menghargai
Seni mendengarkan adalah seni menghargai. Ketika kita benar-benar mendengarkan, kita tidak hanya belajar tentang orang lain, tetapi juga belajar tentang diri kita sendiri. Kita akan menemukan bahwa dunia ini penuh dengan cerita, pelajaran, dan hikmah yang sebelumnya luput dari perhatian kita.
Hari ini, mari kita mulai dengan mendengarkan lebih baik. Beri ruang bagi orang lain untuk didengar, dan kita akan melihat bagaimana dunia menjadi tempat yang lebih damai dan penuh pengertian.
Seni mendengarkan bukan hanya tentang mendengar suara, tetapi juga memahami hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI