Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KH. Subchi, Mentor Spiritual Jenderal Sudirman

23 September 2021   23:42 Diperbarui: 23 September 2021   23:48 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kiyai Haji Subkhi lahir di Parakan, sebuah kota Kewedanaan di Kabupaten Temanggung tanggal 31 Desember 1858. Ia putra sulung kiyai Harun Rasid dan cucu dari kiyai Abdul Wahab.

Sang kakek itu mantan pasukan Pangeran Diponegoro dalam perang melawan Belanda tahun 1825-1830. Lantaran dikejar kejar Belanda, ia melarikan diri dan terdampar di Parakan.

Abdul Wahab menetap disana mendirikan pesantren dan beranak pinak. Salah seorang cucunya bernama Subchi atau Subeki. Subchi adalah anak sulung Harun Rasid penghulu masjid di sana. Dikemudian hari Subchi menjadi kiayi dan meneruskan kepemimpan pesantren. Menjadi tokoh dan  pimpinan Serikat Islam dan Rois Suriah NU kabupaten Temanggung.

Ketika lahir, ayahnya  memberi nama Mohammad Benjing. Setelah menikah namanya diganti menjadi Sumowardoyo. Dan setelah naik haji berganti lagi menjadi KH Subchi atau Subeki.

Pada jaman penjajahan Belanda, masyarakat  Parakan sangat menderita.  Mereka jadi korban pemerasan pemerintah kolonial. Mereka harus melaksanakan tanam dan kerja paksa. Jaman Jepang sami mawon. Mereka dipaksa bekerja sebagai "romusha".

Beberapa dikirim ke Banten, Malaysia dan Miyanmar. Banyak yang tak kembali dan tak diketahui nasibnya.

Setelah merdeka, Subchi memimpin perlawanan kapada tentara kolonial.  Beberapa kali mencegat dan mengganggu tentara Jepang yang lewat ke Parakan dalam rangka melarikan diri setelah kalah perang melawan sekutu.

Mereka kembali menggarap tanah yang sempat terbengkalai karena harus bekerja paksa. Sebenarnya tanah di Parakan itu subur karena berada di dua kaki gunung yaitu Gn Sundoro dan Sumbing. 

KH Subchi juga memiliki tanah yang cukup luas. 

Ia manfaatkan lahan itu untuk bertani terutama tembakau.  

Sebagian tanah yang tidak tergarap diberikan kepada warga yang tidak memiliki lahan untuk digarap. Masyarakat mengenal Subchi sebagai pribadi yang baik. Suka menolong dan memiliki sifat sebagai  pemimpin. Karena itu, kiyai sangat dihormati serta karismatik.

Ketika terjadi gerakan perlawanan kapada pemerintah kolonial dalam agresi militer pasca kemerdekaan, Subchi turut berjuang. Ketika dibentuk Barisan Muslimin Temanggung (BMT), ia diangkat sebagai pelindung.

Ternyata pak kiyai ini punya keahlian mensuwuk (memantrai) bambu runcing sehingga alat perang tradisional itu menjadi bertuah dan bisa mematikan musuh.

Ribuan pemuda pejuang, para santri dan pasukan hizbullah berdatangan ke Parakan untuk minta "dijiadzkan" bambu runcingnya. Setelah dicuci dan dimantrai kiyai, mereka  berangkat perang melawan tentara sekutu di Surabaya dan Ambarawa.

Pasukan bambu runcing yang dipimpin Bung Tomo itu tenyata dapat mengalahkan tentara sekutu yang dilengkapi senjata modern. Sangat mungkin ilmu kanugaran kiyai Subchi diwarisi dari kakeknya  kiyai Abdul Wahab. Ada narasi bahwa bambu runcing juga sudah digunakan dalam perang Dipinegoro.

Karena kebaikan hati dan bantuannya kapada para pejuang kemerdekaan, Kiyai  Subchi dikenal dan banyak dikunjungi tokoh. Ada politisi, pejabat negara dan pejabat militer.

Tercatat tokoh yang pernah datang antara lain Wahid Hasyim (Menteri Agama), Z.Arifin (panglima Hizbullah), KH Maskur (Sabilllah), Kasman Singodemejo, Mohammad Room tokoh perundingan Room van Royen kelahiran Parakan, Ruslan Abdul Gani dan beberapa lainnya.  

Bahkan panglima perang Jendral  Sudirman tercatat beberapa kali berkunjung ke sana. Diceritakan, Jenderal Sudirman datang untuk minta bantuan,  dorongan doa dan petunjuk. Menurut sohibul hikayat,  Jendral Sudirman kalau berpergian atau berperang selalu dalam keadan suci, berwudhu dan puasa.  Dan itu konon berkat petunjuk kiyai Subchi.

Narasi itu memberi kesan bahwa kiyai Subchi setidaknya telah menjadi mentor spiritual jendral Sudirman. Wallahu alam.

Kiyai Subchi dianugerahi usia panjang. Beliau wafat pada tanggal 6 April 1958 dalam usia 101 tahun.

Saifuddin Zuhri dalam bukunya "Berangkat dari Pesantren", menggambarkan kondisi fisik kiyai Subchi.  Dalam usia 90 tahun, kiyai sehat dan sigap. Waktu itulah beliau sibuk membantu ribuan laskar yang datang untuk "memanterai" bambu runcing.

Sayang meski sudah diusulkan tapi beliau belum dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional.- ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun