Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Money

Menelisik Potensi Laut Tasik Selatan

27 Februari 2021   13:16 Diperbarui: 27 Februari 2021   13:18 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang lucu katanya, ada seorang anggota HNSI yang punya kapal 18 GT. Kapal itu bisa berlayar sampai 15 mil dan bisa seminggu berada di laut. Tapi ketika pulang tidak bisa merapat ke bibir pantai karena tidak ada dermaga. Hasil tangkapnya terpaksa take over perahu kecil. Kita butuh dermaga berkapasitas sampai 30 GT, kata Dedi Mulyadi. 

Hasil tangkap lebih dari 3800 nelayan di Pamayangsari dan Cimanuk setahun mencapai , 6.640 ton ikan, 10 ton udang, 15 ton kepiting , 8 ton kerang, 5 ton rumput laut dan 5 ton biota lainnya. 

Produksi dari Tasikmalaya itu sebagian dikirim untuk eksport melalui pelabuhan Pangandaran dan Cilacap. Pembudidayaan biota laut juga sudah dan terus dikembangkan. Tujuannya untuk mendampingi biota hasil tangkap. Budi daya itu hal yang dianggap sesuatu yang pasti hasilnya. Berbeda dengan kegiatan nelayan tangkap. Banyak kendala yang kadang di luar nalar dan daya. 

Ada gangguan cuaca atau kerusakan alat tangkap. Di Cipatujah dan Cikalong dilakukan usaha budidaya udang dan bandeng. Belum lama ini Tasikmalaya mendapat bantuan sebuah eksavator dari kementerian Kelautan dan Perikanan. Alat berteknologi tinggi itu berharga Rp. 1.3445.500 dan berguna untuk upaya peningkatan budidaya. Di sepanjang pantai Kabupaten bermoto SUKAPURA MNGADAUN NGORA itu terdapat beberapa obyek wisata pantai. Ada di Ciheras, Cipatujah, Sindangkerta, Pamayangsari, Cimanuk dan Karangtawulan. Semua destinasi itu sudah terhubungkan oleh jalan lintas selatan yang membentang dari Pelabuhanratu sampai pangandaran, sehingga mudah dijangkau. Satu lagi kekayaan alam yang menjadi anugrah bagi masyarakat pinggir laut selatan, yaitu pasir besi. Kekayaan itu sudah pernah ditambang tahun 2004 sampai 2013. Tapi karena salah urus, anugrah itu kurang bahkan boleh dikata tidak ada manfaat bagi rakyat dan juga pemerintah daerah. Selama 9 tahun itu sudah 6,1 juta ton pasir dkeruk dan diekspor melalui Cilacap ke Cina. Konon nominalnya mencapai Rp.16 trilyun. Ironisnya pemerintah daerah hanya menerima retribusi Rp.700 juta setahun. Kerugian lain, pemprop Jabar memperbaiki jalan yang rusak mencapai Rp.1,3 milyar. Jalan itu rusak karena truk bermuatan pasir 12 ton padahal kapasitas jalan cuma 7 ton. Kerugian juga dialami masyarakat pesisir. Akibat penambangan itu, terjadi abrasi di beberapa tempat di desa Ciandum kecamatan Cipatujah. Selain itu juga terjadi kerusakan alam karena pengusaha tidak melaksanakan reklamasi pasca penambangan. Karena protes rakyat, akhirnya Bupati memoratoriumkan kegiatan tambang itu. Kesimpulan awam saya, potensi laut dan pesisir selatan Tasikmalaya itu cukup besar. Tinggal penataan yang harus dilakukan secara seksama. Utamanya hilangkan kepentingan sempit. Semoga catatan ini menjadi suguhan politik bagi bupati baru. Siapapun itu.- ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun