Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Money

Menelisik Potensi Laut Tasik Selatan

27 Februari 2021   13:16 Diperbarui: 27 Februari 2021   13:18 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sudah lebih dari 10 tahun masyarakat selatan Tasikmalaya berjuang untuk mendapatkan hak menjadi daerah otonom. Namanya juga sudah dirancang Kabupaten Tasik Selatan. 

Ini bukan sparatisme. Ini semangat untuk akselerasi pembangunan di pakidulan tatar sunda. Juga untuk mendapatkan pelayanan publik dari aparatur negara secara cepat tepat dan berkepastian. Sampai sekarang tiada hasil. Bahkan tak berkepastian. Sebagai sesama "budah laut", jujur saya ikut prihatin. Kata prihatin itu saya perhalus dari rasa yang sesungguhnya, kecewa. 

Kenapa Tasik Selatan yang sudah slotokan sana sini, bahkan sudah ketemu Gubernur Ahmad Heriawan, masih mandeg? Keduluan diteruskanya calon DOB baru oleh daerah lain yang namanya baru muncul. 

Tapi kekesalan itu agak sedikit berkurang sekarang. Apa pasal ? Belum lama ada penjelasan pak Gubernur Ridwan Kamil bahwa calon-calon DOB di Jabar selatan kajianya belum lengkap. 

Belum ada kajian tetang potensi laut. Itu penting, kata kang Emil. Meski merasa tidak punya posisi, meski mengakui punya otak cetek dan pengetahuan "heureut". Miskin pengalaman dalam hal survey surveyan dan teliti meneliti, saya ingin mencoba ikut menelisik tentang potensi samudra hindia di selatan Tasikmalaya itu. 

Dari debur ombak yang tak pernah henti, yang tak bosan-bosan menepi di pantai yang membentang 52 km dari Ciheras di tepi barat sampai Cimanuk di ujung timur, sesungguhnya berkah selalu melimpah. Potensi laut itu berupa berjenis-jenis ikan tangkap, ikan budi daya dan biota laut lain seperti kerang, kepiting, rumput laut, penyu dan lain-lain. 

Katanya di Indonesia ini ada 22 jenis biota laut yang bisa dibudidayakan. Jangan lupa asin laut juga mengirim kita bahan baku garam. Anehnya kita malah lebih suka mengimpor itu barang. 

Dulu waktu saya masih "budak", urang Sindangkerta dan Cipatujah, secara orang perorang suka membuat garam sendiri dengan mengendapkan air laut. Tuhan juga menganugrahi kita keindahan sepanjang pantai. Itulah potensi wisata. Semua anugrah itu jika diolah bisa menjadi potensi. Potensi ekonomi dan potensi kesejahteraan lahir batin bagi semua orang. 

Yang jadi masalah kita belum ngeh dan mampu mengolahnya secara baik dan seksama. Kekayaan alam itu katanya baru bisa dimanfaatkan sekitar 13,7 % saja. 

Itu pernyataan Ketua HNSI kabupaten Tasikmalaya beberapa waktu yang lalu. Saya prediksi perkembangan setelah itu tidak cukup signifikan. Jadi masih gitu gitu juga. Yang jadi kendala kata, Dedi Mulyadi, nelayan kita masih tradisional. Belum terlatih. 

Peralatan tangkap masih berupa perahu perahu kecil berskala 1 sampai 2 GT. Daya jelajahnya cuma 2 mil laut. Kita juga tak punya dermaga untuk berlabuh. 

Yang lucu katanya, ada seorang anggota HNSI yang punya kapal 18 GT. Kapal itu bisa berlayar sampai 15 mil dan bisa seminggu berada di laut. Tapi ketika pulang tidak bisa merapat ke bibir pantai karena tidak ada dermaga. Hasil tangkapnya terpaksa take over perahu kecil. Kita butuh dermaga berkapasitas sampai 30 GT, kata Dedi Mulyadi. 

Hasil tangkap lebih dari 3800 nelayan di Pamayangsari dan Cimanuk setahun mencapai , 6.640 ton ikan, 10 ton udang, 15 ton kepiting , 8 ton kerang, 5 ton rumput laut dan 5 ton biota lainnya. 

Produksi dari Tasikmalaya itu sebagian dikirim untuk eksport melalui pelabuhan Pangandaran dan Cilacap. Pembudidayaan biota laut juga sudah dan terus dikembangkan. Tujuannya untuk mendampingi biota hasil tangkap. Budi daya itu hal yang dianggap sesuatu yang pasti hasilnya. Berbeda dengan kegiatan nelayan tangkap. Banyak kendala yang kadang di luar nalar dan daya. 

Ada gangguan cuaca atau kerusakan alat tangkap. Di Cipatujah dan Cikalong dilakukan usaha budidaya udang dan bandeng. Belum lama ini Tasikmalaya mendapat bantuan sebuah eksavator dari kementerian Kelautan dan Perikanan. Alat berteknologi tinggi itu berharga Rp. 1.3445.500 dan berguna untuk upaya peningkatan budidaya. Di sepanjang pantai Kabupaten bermoto SUKAPURA MNGADAUN NGORA itu terdapat beberapa obyek wisata pantai. Ada di Ciheras, Cipatujah, Sindangkerta, Pamayangsari, Cimanuk dan Karangtawulan. Semua destinasi itu sudah terhubungkan oleh jalan lintas selatan yang membentang dari Pelabuhanratu sampai pangandaran, sehingga mudah dijangkau. Satu lagi kekayaan alam yang menjadi anugrah bagi masyarakat pinggir laut selatan, yaitu pasir besi. Kekayaan itu sudah pernah ditambang tahun 2004 sampai 2013. Tapi karena salah urus, anugrah itu kurang bahkan boleh dikata tidak ada manfaat bagi rakyat dan juga pemerintah daerah. Selama 9 tahun itu sudah 6,1 juta ton pasir dkeruk dan diekspor melalui Cilacap ke Cina. Konon nominalnya mencapai Rp.16 trilyun. Ironisnya pemerintah daerah hanya menerima retribusi Rp.700 juta setahun. Kerugian lain, pemprop Jabar memperbaiki jalan yang rusak mencapai Rp.1,3 milyar. Jalan itu rusak karena truk bermuatan pasir 12 ton padahal kapasitas jalan cuma 7 ton. Kerugian juga dialami masyarakat pesisir. Akibat penambangan itu, terjadi abrasi di beberapa tempat di desa Ciandum kecamatan Cipatujah. Selain itu juga terjadi kerusakan alam karena pengusaha tidak melaksanakan reklamasi pasca penambangan. Karena protes rakyat, akhirnya Bupati memoratoriumkan kegiatan tambang itu. Kesimpulan awam saya, potensi laut dan pesisir selatan Tasikmalaya itu cukup besar. Tinggal penataan yang harus dilakukan secara seksama. Utamanya hilangkan kepentingan sempit. Semoga catatan ini menjadi suguhan politik bagi bupati baru. Siapapun itu.- ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun