Cuma selama di perjalanan dan di Kota Jogjakarta kita kurang begitu leluasa untuk beraktifitas. Tapi di bis kita bisa tidur...! Atau naik KA Ekonomi yang juga nyaman. Murah dan meriah, anti macet, dan In syaa Allah on time.
Jika kondisinya seperti cerita saya, dan keperluannya tidak penting-penting amat, lebih baik melewati jalan non-tol saja meski waktu perjalanannya menjadi lebih panjang dan rumit.Â
Syaratnya harus super sabar di jalan non-tol, dan berangkatnya harus lebih awal biar sampai di tempat tujuan sebelum waktu yang diinginkan atau tidak terlambat.Â
Atau jika tiba-tiba ada keperluan mendadak karena misalnya ada saudara yang sakit atau meninggal, kita naik pesawat atau kereta api eksekutif saja yang anti macet.
Tentu akan lebih baik jika tarif tol diturunkan. Sehingga secara hitungan BEP menjadi menarik bagi kebanyakan orang untuk menggunakan infrastruktur jalan tol ini.Â
Dan ini saya yakin banyak yang setuju jika biaya tol diturunkan. Tapi jika tidak, masyarakat akan berpikir ulang setiap akan masuk tol. Â Masuk tol, Â ga...! Masuk tol, Â ga...! Masuk tol, Â ga...!
Pihak pengelola jalan tol mungkin akan keberatan jika biaya tol diturunkan karena akan semakin memperpanjang jangka waktu BEP, dan kesempatan untuk meraih keuntungan atas proyek jalan tol mereka. Selain itu juga karena mereka harus mencicil hutang pokok dan bayar biaya bunga bank serta melakukan perawatan jalan.
Seandainya tarif tol memang sudah tidak bisa diganggu-gugat lagi, terpaksa pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan non-tol secara terus menerus.Â
Menertibkan semua pengguna jalan raya tanpa kecuali agar perjalanan bisa lancar, termasuk pasar tumpah hingga memakan badan jalan nasional. Sehingga orang tidak ragu-ragu lagi untuk menggunakan jalan non-tol. Masyarakat yang tidak mampu untuk membayar tol bisa dengan nyaman menikmati infrastruktur jalan non-tol.
Jika saya sekeluarga kembali menggunakan jalan non-tol untuk ke Jogjakarta dan kembali ke Surabaya, maka kebiasaan lama selama di perjalanan tersebut tentu bisa tetap dilakukan kembali. Yaitu : Satu, mampir di toko roti terkenal dan legendaris di Solo, yaitu toko roti Orion. Dua, membeli serabi Solo Notosuman di Kota Sragen. Tiga, membeli tahu Pong Kediri yang dijual di sekitaran pelintasan pintu KA di Kertosono, dan empat, makan nasi goreng enak buatan Pak Topa di Jombang. Lima, membeli jagung rebus manis (masnisnya asli) di depan KC BRI Mojokerto. Â Semuanya tidak terlewati lagi. Betul....?