Mohon tunggu...
Dedi Ems
Dedi Ems Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Various organizations during school and college. highest position General Secretary of the Student Senate of the Faculty of Economics, Andalas University. working experience at BRI starting from staff until reaching twice as Head of BRI Branch (Padangpanjang and Sampang). And various Section Heads at Regional Offices and Inspection Offices in several BRI Regional Offices / Kanins.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Maunya Menikmati Tol Surabaya-Kartasura-Surabaya [4]

3 Februari 2019   10:15 Diperbarui: 3 Februari 2019   12:54 7906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Foto dokumen pribadi.

Cuma selama di perjalanan dan di Kota Jogjakarta kita kurang begitu leluasa untuk beraktifitas. Tapi di bis kita bisa tidur...! Atau naik KA Ekonomi yang juga nyaman. Murah dan meriah, anti macet, dan In syaa Allah on time.

Sumber : jateng.tribunnews.com, 12 November 2018.
Sumber : jateng.tribunnews.com, 12 November 2018.
Tapi kalau misalnya berangkatnya sebanyak 6 orang, baru asyik naik mobil dan lewat jalan tol. Karena biaya over head perkapitanya menjadi lebih kecil. Sehingga kesimpulan hitungan kelayakan secara ekonomi, katanya sudah di atas BEP, break even point. Kerreeen...!

Jika kondisinya seperti cerita saya, dan keperluannya tidak penting-penting amat, lebih baik melewati jalan non-tol saja meski waktu perjalanannya menjadi lebih panjang dan rumit. 

Syaratnya harus super sabar di jalan non-tol, dan berangkatnya harus lebih awal biar sampai di tempat tujuan sebelum waktu yang diinginkan atau tidak terlambat. 

Atau jika tiba-tiba ada keperluan mendadak karena misalnya ada saudara yang sakit atau meninggal, kita naik pesawat atau kereta api eksekutif saja yang anti macet.

Tentu akan lebih baik jika tarif tol diturunkan. Sehingga secara hitungan BEP menjadi menarik bagi kebanyakan orang untuk menggunakan infrastruktur jalan tol ini. 

Dan ini saya yakin banyak yang setuju jika biaya tol diturunkan. Tapi jika tidak, masyarakat akan berpikir ulang setiap akan masuk tol.  Masuk tol,  ga...! Masuk tol,  ga...! Masuk tol,  ga...!

Pihak pengelola jalan tol mungkin akan keberatan jika biaya tol diturunkan karena akan semakin memperpanjang jangka waktu BEP, dan kesempatan untuk meraih keuntungan atas proyek jalan tol mereka. Selain itu juga karena mereka harus mencicil hutang pokok dan bayar biaya bunga bank serta melakukan perawatan jalan.

Seandainya tarif tol memang sudah tidak bisa diganggu-gugat lagi, terpaksa pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan non-tol secara terus menerus. 

Menertibkan semua pengguna jalan raya tanpa kecuali agar perjalanan bisa lancar, termasuk pasar tumpah hingga memakan badan jalan nasional. Sehingga orang tidak ragu-ragu lagi untuk menggunakan jalan non-tol. Masyarakat yang tidak mampu untuk membayar tol bisa dengan nyaman menikmati infrastruktur jalan non-tol.

Jika saya sekeluarga kembali menggunakan jalan non-tol untuk ke Jogjakarta dan kembali ke Surabaya, maka kebiasaan lama selama di perjalanan tersebut tentu bisa tetap dilakukan kembali. Yaitu : Satu, mampir di toko roti terkenal dan legendaris di Solo, yaitu toko roti Orion. Dua, membeli serabi Solo Notosuman di Kota Sragen. Tiga, membeli tahu Pong Kediri yang dijual di sekitaran pelintasan pintu KA di Kertosono, dan empat, makan nasi goreng enak buatan Pak Topa di Jombang. Lima, membeli jagung rebus manis (masnisnya asli) di depan KC BRI Mojokerto.  Semuanya tidak terlewati lagi. Betul....?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun