Dengan demikian, dari pemikiran Bordieu diatas dapat kita analisa bahwa pengemis tetap eksis sampai saat ini dalam struktrur masyarakat indonesia dikarenakan mental pengemis telah menjadi habitus dalam masyarakat kita, terutama dari keluarga pengemis. Mental seperti malas berusaha, pola pikir instan, tidak disiplin dan lain sebagainya. Ketika mental tersebut sudah menjadi habitus, maka itu akan terpola sehingga menjadi mode hidup yang tidak dipertanyakan lagi. Ditambah capital yang dimiliki minim, seperti jenjang pendidikan rendah, skill yang dimiliki kurang, tidak adanya relasi sosial dan lain-lain. Â kemudian harus berkontestasi dalam arena ekonomi nasional yang sengit, yang di dalam dunia kerja kita tahu bahwa terdapat prasyarat atau kualifikasi tertentu untuk calon pekerja, sudah barang tentu hanya akan menjadi objek yang didominasi karena tidak mampu untuk bersaing. Maka pilihan nya yaitu mengemis. Untuk status sosial sebagai pengemis tidak memerlukan capital yang berarti, karena tidak ada pertarungan dominasi di dalamnya.
Sumber:
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad, Maghfur. 2010. Strategi Kelangsungan Hidup Gelandangan-Pengemis (Gepeng). Jurnal Penelitian, Volume 7, No 2, hlm. 1-13
Gustini, Heny Nuraeni. 2015. Komodifikasi Keagamaan di Kalangan Pengemis di Kampung Pengemis Kota Bandung. Jurnal Dakwah Media Komunikasi dan Dakwah, Volume 16, No 2, hlm. 259-271hh
http/ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/egalita/article/view/1952
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI