Dear Temans,
Akhir tahun 2019 lalu, memang cukup berat untuk keluarga kami karena ibu mertuaku mendadak terkena stroke dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Itulah mengapa, liburan akhir tahun 2019 aku tidak pulang ke rumah orang tuaku di Bogor seperti tradisi kami. Hanya Ibuku yang menjemput kedua anakku ke Ungaran naik kereta api agar keduanya tetap bisa berlibur di Bogor walaupun aku tak ikut. Sedih banget tapi situasi tak memungkinkan.
Tak disangka, Tahun 2020 baru saja menginjak bulan ketiga, Ketika badai Covid menghantam Indonesia. Tahun 2020 aku hanya sempat bepergian ke Surabaya pada Bulan Maret mengantar anakku Nailah mengikuti Olimpiade Bahasa Inggris tingkat nasional. Sampai di rumah, anak-anak tak sempat lagi masuk sekolah dan harus belajar daring di rumah karena Corona.
Hingga kini, akhir tahun 2020 aku tak juga bisa memeluk kedua orang tuaku di Bogor. Tak bisa terlukiskan renjana ini. Rindu memang berat ya, Dilan. Kamu benar sekali.
Alhamdulillah, saat ini ada teknologi bernama video call yang mampu mengobati renjana walau sedikit. Kami bisa melakukan video call dan bertukar cerita kapan pun via WA. Tak hanya aku dan orang tua serta adik bungsuku di Bogor tapi juga adikku sekeluarga di Jambi.
Tapi, memang sangat terasa berbeda. Biasanya setiap dua bulan aku mudik ke Bogor tapi kini setahun berlalu situasi tetap tak memungkinkan untuk bepergian ke luar kota. Terkadang, aku menangis diam-diam sekadar meluapkan kesedihan. Apalagi, ketika anak-anakku berkali-kali bilang merindukan Oma dan Abahnya, pengen ke Bogor. Tapi, apa daya?
Tak berbeda dengan kedua orang tuaku. Mereka hanya memiliki tiga cucu. Dua dariku, Aldebaran dan Nailah tinggal di Ungaran, satu lagi Syaqilla yang ceriwis di Jambi. Jadi, rasa rindu lebih terasa berat bagi mereka yang tinggal di Bogor bertiga dengan adikku yang masih lajang.
Biasanya, Bulan Juni dan Desember adalah waktu paling bahagia bagi keduanya karena ketiga cucunya datang dan tinggal bersama mereka satu bulan. Mereka akan memanjakan anak-anak dengan masakan kesukaan mereka, membelikan hadiah dan mengajak cucu-cucu piknik ke berbagai tempat termasuk staycation di hotel.
Saat Idul Fitri, Abahku terpaksa membatalkan pemesanan kamar di resort karena kami tak bisa pulang. Masih terbayang senyuman mamaku dengan mata berkaca-kaca karena kami tak jadi datang. Betapa sedih dan kecewanya mereka.
Sejak beberapa bulan lalu, Oma dan Abah punya kebiasaan baru. Setiap bulan, mereka mengirimkan paket-paket cinta untuk ketiga cucunya melalui ekspedisi JNE.
Ya, orangtuaku tak lagi bisa ke mal karena situasi yang berbahaya, sedangkan di kompleks perumahan mereka banyak yang berjualan sejak pandemi. Mulai dari baju, alat rumah tangga, hingga camilan dan makanan berat.
Jadilah, mamaku aka Oma pelan-pelan mengumpulkan barang apa saja yang akan dikirimkan pada ketigacucunya. Jika ada uang dari anak kos, ya mamaku ibu kos, bukannya disimpan atau ditabung ia malah membelanjakannya untuk Appo, sebutan untuk cucu dalam bahasa Bugis Enrekang. Hiks.
Ada saja yang dibelinya. Ada tetangga yang menjual tempat masker berbentuk kotak kecil dari plastik, Mamaku beli. Ada yang jual wadah hand sanitizer lucu berbentuk boneka, mama beli katanya untuk anak-anak. Ada yang jualan kentang mustafa, keripik keju hingga setoples kue kering dan bawang goreng di WAG kompleks, langsung Mama pesan.
Jika ke supermarket, Mama membelikan Nailah anakku yang kini kelas 7 sebotol cologne wangi vanila, sampo hijab hingga beberapa mask sheet Korea. Untuk Aldebaran, Oma membelikan sekotak susu bubuk, sekantong cokelat dan sereal. Untukku ada daster nyaman dan dua botol sari buah pala khas Bogor. Suamiku pun kebagian, dia dibelikan kaos yang nyaman untuk di rumah. Untuk Qila di Jambi, Oma membelikan beberapa batang cokelat, buku mewarnai, serta berbagai jenis camilan.
Gimana aku nggak nangis ya? Membayangkan kedua orang tuaku pergi ke supermarket dengan was-was dan khawatir, memakai alat perang berupa masker dan faceshield. Berbekal hand sanitizer, tisu basah, dan lainnya untuk membelikan barang-barang kebutuhan anak-anak yang bisa dibeli di sini?
Setiap kubilang, “Nggak usah Mam. Di sini juga ada kok gampang belinya, kami juga ada uang kok untuk beli.”
Apa jawabnya? “Biar kamu nggak usah banyak keluar rumah beli sembako, aman di rumah.”
Mama juga memesankan anak-anak makanan beku dari tetangga yang membuat sendiri frozen foodnya mulai dari abon cakalang, tuna fillet, chicken cordon bleu, ayam bulgogi ala Korea.
Bahkan, aku mendapat makanan istimewa bulan ini dari Mama!
Ceritanya, Ibuku membeli dangke, makanan khas dari Enrekang Sulawesi Selatan. Makanan yang terbuat dari susu kerbau yang dipadatkan ini dan biasa dinikmati dengan nasi putih panas mengepul adalah makanan langka yang dulu hanya bisa dipesan di Enrekang.
Nah, beberapa waktu lalu ada info ternyata ada pembuat dangke asal Enrekang di Bandung. Ia punya peternakan di Lembang dan memproduksi dangke! Mamaku langsung pesan dan ternyata rasanya enak dan gurih.
Saat ia bercerita, aku asli ngiler.
“Ededee, assipanya tawwa! Mauka dangkenya!” Aku bercanda.
Ya, siapa juga bisa mengirimkan dangke ke Ungaran dari Bogor? Keburu basi di jalan!
Bulan Desember, anakku Aldebaran berulang tahun, Abah dan Oma kembali mengirimkan paket cintanya buat anak-anakku. Semuanya ada tiga kardus yang dikirim lewat JNE ke Ungaran! Saking seringnya mengirim paket, para pegawai agen JNE di dekat rumah Mama sampai hapal kalau Mamaku akan mengirimkan paket ke Ungaran dan Jambi.
Nah, Mama mengirimkan satu paket melalui YES, Yakin Esok Sampai. Mama gelisah hingga berkali-kali menelpon menanyakan apa paketnys sudah sampai? Karena YES hanya satu hari. Ia memantau terus via web JNE pergerakan paketnya juga menelpon agen.
Benar saja, hanya semalam saja paketnya, tiba di rumahku. Diantarkan jelang Isya oleh mas kurir langganan yang ramah dan berdedikasi tinggi.
“Wow, Oma kayak sinterklas!” teriak anakku girang menemukan sekaleng kue cokelat kesukaannya.
Coba tebak, apa lagi isinya? Ya, berbagai jenis makanan beku dari Mak Bawang, jenama milik teman Oma di Bogor. Enak semua, anak-anak paling suka bulgoginya. Ada pula dimsum dan kebab buatan sepupu Mama, juga brownies. Semuanya dalam keadaan segar dan tidak basi, horee!
Kejutaaan, ada dangke dong! Huhu, ya aku kebagian dua bongkah dangke yang luar biasa lezatnya. Makanan langka ini mungkin sudah dua tahun tak usantap karena tak mudik. Biasanya, ibuku dapat kiriman dari saudaraku di Makassar.
Sungguh, Aku terharu, ya Allah, aku makan dangke! Setangkup dangke aku rebus hati-hati dan aku santap sedikit-sedikit dan sisanya kutaruh di kulkas. Air mataku mengalir saat menyantapnya dengan nasi panas dan sambal terasi. Terima kasih Oma! Terima kasih Abah! Saat kuceritakan di video call grup esok harinya, adikku di Jambi langsung iri dengki minta dikirimkan juga! Hahaha.
Keesokan harinya, kedua paket yang ditunggu-tunggu Aldebaran tiba.
Tiga kardus paket reguler seberat 25 kg dikirimkan melalui JNE dan tiba hanya dua hari saja! Anakku langsung membongkar paketnya dengan riang gembira. Ia mendapat banyak makanan enak dari Oma dan Abah, baju kaos, mobil-mobilan hingga puzzle dan buku cerita Dinosaurus setebal 300 halaman! Wow. Anakku sampai nggak bisa berkata-kata ketika membongkar paket cinta dari Abah yang ditunggunya dua hari ini. Alhamdulillah, paketnya tiba tepat di hari ulang tahun anakku ke-10.
Ya, kami tetap dekat walau berjarak dengan orang tuaku di Bogor.
Orang tuaku menunjukkan kasih-sayang dan cintanya lewat paket-paket yang dikirimkan setiap bulan ke rumah kami. Ya, paket cinta dari Abah dan Oma untuk appo-apponya, yang setiap itemnya dikumpulkan dengan hati-hati dan penuh cinta, dikemas dengan saksama oleh Abahku ke dalam kardus cokelat.
Paket cinta yang dikirimkan lewat JNE ekspedisi kepercayaan kami sekeluarga. Tak disangka, JNE sudah berusia 30 tahun ya. Didirikan 26 November 1990 oleh H. Soeprapto Suparno dengan nama PT. Tiki Jalur Nugraha Eka Kurir. Berawal dari hanya delapan orang karyawan dan modal tak seberapa bear. Pak Soeprapto merintis usahanya di bidang pengiriman dokumen dan barang hingga ke luar negeri.
Karena kecepatan dan kehandalan layanannya, dengan JNE cepat merebut hati pelanggan. Hingga kini, titik layanan JNE telah mencapai 6000 lokasi dengan karyawan 40.000 orang dan terus bertambah. Komitmen JNE melayani pelanggan ini diganjar berbagai penghargaan dan sertifikasi ISO 9001 2008. Selamat ulang tahun JNE semoga makin sukses dan makin semangat melayani pelanggan. Semoga selalu semangat berbagi, memberi, menyantuni. Terima kasih sudah mengirimkan paket-paket cinta dari Abah dan Oma setiap bulan, tepat waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H