Kau, nampak bagiku
Sebatas memandang
Berharap menggenggammu
Lamunku terbangun,
Kaupun hilang
Kau, ibarat tetesan air
Jernih, namun tak dapat ku sentuh
Menyejukkan, namun tak mengalir
Kau, hanyalah tetesan air yang jatuh
Pada ranting yang rapuh
Aku bukanlah awan hitam
Yang meminta tetesanmu membasahi
Layunya daun
Akupun bukan petir, yang menemani
Bersama dengan kesejukan tanpa arah
Aku hanyalah pohon
Yang hijau, namun tak berbunga
Yang berakar, namun tumbang
Tanpa kesejukan
Pohon tetaplah pohon
Aku bukan awan hitam
Bukan pula petir yang menemani
Hanya menunggu, air hujan menyejukkan
Hingga tetes demi tetesnya
Membasahi akar, dan, tumbuh daun
Hingga mawarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H