Mohon tunggu...
Dede Septiyadi
Dede Septiyadi Mohon Tunggu... Guru - Sebagai ASN PPPK Guru

Masih Belajar Menulis dan Belajar Membuang Rasa Malas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Karena Pohon Tak Meminta

14 Januari 2018   23:07 Diperbarui: 15 Januari 2018   21:32 1927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay)

Kau, nampak bagiku
Sebatas memandang
Berharap menggenggammu
Lamunku terbangun,
Kaupun hilang

Kau, ibarat tetesan air
Jernih, namun tak dapat ku sentuh
Menyejukkan, namun tak mengalir
Kau, hanyalah tetesan air yang jatuh
Pada ranting yang rapuh

Aku bukanlah awan hitam
Yang meminta tetesanmu membasahi
Layunya daun
Akupun bukan petir, yang menemani
Bersama dengan kesejukan tanpa arah

Aku hanyalah pohon
Yang hijau, namun tak berbunga
Yang berakar, namun tumbang
Tanpa kesejukan

Pohon tetaplah pohon
Aku bukan awan hitam
Bukan pula petir yang menemani
Hanya menunggu, air hujan menyejukkan
Hingga tetes demi tetesnya
Membasahi akar, dan, tumbuh daun
Hingga mawarnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun