Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Editor - Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Setia Kepada Ide Bukan Kepada Pribadi: Alasan Banyak Pendukung Jokowi Pindah Haluan Politik

24 Januari 2024   12:01 Diperbarui: 27 Januari 2024   15:38 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan presiden (pilpres) tahun 2024 menjadi ajang politik yang penuh dengan dinamika dan intrik. Salah satu faktor yang menarik untuk diamati adalah sikap dan pilihan para pendukung Joko Widodo (Jokowi) di pilpres sebelumnya.

Jokowi, yang kini menjabat sebagai presiden untuk periode kedua, telah mengalami perubahan yang signifikan dalam gaya kepemimpinan dan kebijakan-kebijakannya. Hal ini berdampak pada loyalitas dan kepercayaan para pendukungnya, yang kini terpecah ke beberapa kubu.

Lahirnya Basis Pendukung Jokowi

Jokowi adalah sosok yang berhasil menarik simpati dan dukungan dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia saat mencalonkan diri sebagai presiden tahun 2014. Ia dianggap sebagai wajah baru dalam politik nasional, yang memiliki latar belakang sebagai pengusaha mebel dan mantan walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta.

Jokowi menawarkan gagasan dan visi yang berbeda dari para elit politik yang sudah lama berkuasa. Ia menjanjikan perubahan dan kemajuan bagi Indonesia, dengan mengedepankan kesejahteraan rakyat, pemberantasan korupsi, dan pembangunan infrastruktur.

Basis pendukung Jokowi terdiri dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari kalangan akademisi, aktivis, seniman, hingga pedagang kaki lima. Mereka bersatu dalam gerakan relawan yang disebut Jokowi Mania, yang bergerak secara mandiri dan kreatif untuk mengkampanyekan Jokowi. 

Mereka juga didukung oleh beberapa partai politik, terutama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang menjadi kendaraan politik Jokowi. Dengan semangat dan antusiasme yang tinggi, para pendukung Jokowi berhasil mengalahkan lawannya, Prabowo Subianto, yang dianggap sebagai representasi dari rezim orde lama dan otoriter.

Penguatan Basis Pendukung Jokowi

Di periode pertama kepemimpinannya, Jokowi berhasil memenuhi sebagian besar janji-janjinya. Ia meluncurkan berbagai program pro-rakyat, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Keluarga Harapan (PKH), dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). 

Selain itu, ia juga membangun berbagai infrastruktur strategis, seperti jalan tol, bandara, pelabuhan, dan kereta api. Ia juga menunjukkan komitmen dalam memberantas korupsi, dengan memberikan dukungan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan menindak tegas para pejabat yang terlibat kasus korupsi.

Basis pendukung Jokowi pun semakin menguat di pilpres 2019. Mereka kembali bersatu untuk mempertahankan Jokowi dari serangan-serangan yang dilancarkan oleh kubu Prabowo, yang kembali mencalonkan diri sebagai presiden. Mereka juga mendapat tambahan dukungan dari beberapa partai politik lain, seperti Partai NasDem, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Mereka juga mendapat sokongan dari tokoh-tokoh nasional, seperti Ma'ruf Amin, yang menjadi calon wakil presiden Jokowi. Dengan modal yang lebih besar, Jokowi kembali menang telak atas Prabowo, dengan perolehan suara sebesar 55,5 persen.

Pelemahan Basis Pendukung Jokowi

Namun, di periode kedua kepemimpinannya, Jokowi mulai menunjukkan perubahan yang cukup drastis. Khususnya lagi dalam gaya kepemimpinan dan kebijakan-kebijakannya. Ia dianggap semakin jauh dari citra yang awalnya dekat dengan rakyat, polos, dan tampak baik hati.

Jokowi kini berubah menjadi king maker yang seolah haus dengan kekuasaan. Ia juga dianggap semakin melupakan ide, gagasan, dan semangat yang diusungnya saat mencalonkan diri sebagai presiden.

Beberapa kebijakan yang diambil oleh Jokowi dianggap kontroversial dan mengecewakan para pendukungnya. Sebut saja pelemahan KPK dengan merevisi Undang-Undang KPK dan membuat KPK tidak independen. Pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja yang diduga terburu-buru dan lebih memihak pengusaha. Sampai dengan "membiarkan" ketua Mahkamah Konstitusi (MK) mengubah ketentuan batas umur calon presiden dan calon wakil presiden yang kemudian terbukti cacat etik. Kemudian "membiarkan" anaknya, Gibran Rakabuming Raka, maju ke gelanggang pilpres melalui putusan MK yang diubah oleh hakim yang nota bene pamannya, Anwar Usman.

Jokowi juga semakin aktif mendulang dukungan dari para elit politik untuk anaknya, yang diduga syarat dengan sandra politik. Ia beberapa kali kedapatan melakukan pertemuan dengan elit partai yang diduga ikut mengonsolidasi pemenangan Gibran. Walau terus menyangkal keberpihakannya, tetapi Jokowi tidak bisa membohongi gelagat atau gerak-geriknya. Masyarakat pun banyak yang menilai Jokowi sebagai "Presiden rasa timses".

Pergantian Basis Pendukung Jokowi

Lantas, ke mana pendukung Jokowi di pilpres 2014 dan 2019? Jawabannya adalah terpecah di tiga kubu. Ada yang tetap ikut memilih pilihan Jokowi, mendukung Prabowo-Gibran. Mereka adalah pendukung yang loyal dan fanatik, yang menganggap Jokowi sebagai sosok yang tidak bisa salah dan harus diikuti. Mereka juga didorong oleh partai-partai pengusung, yang ingin mempertahankan kekuasaan dan kepentingan mereka.

Ada yang beralih memilih Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Mereka adalah pendukung yang kritis dan rasional, yang merasa Jokowi telah berubah dan telah mengkhianati ide serta semangat reformasi. Mereka juga merasa Jokowi telah bersekutu dengan para elit politik korup. Mereka pun kemudian lebih memilih Anies, yang dianggap sebagai sosok yang lebih visioner, cerdas, dan religius. Mereka juga didukung oleh partai-partai oposisi.

Ada juga yang kemudian beralih ke Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Mereka adalah pendukung yang kecewa dan frustrasi, yang masih menghargai ide dan gagasan yang diusung Jokowi, tetapi tidak setia kepada pribadinya. Mereka pun kemudian lebih memilih Ganjar, yang dianggap sebagai sosok yang lebih kompeten, bersih, dan berintegritas. Mereka juga didukung oleh partai-partai yang ingin memberikan alternatif bagi masyarakat Indonesia.

Pilpres 2024 menjadi ajang politik yang menarik untuk diamati, terutama dalam melihat sikap dan pilihan para pendukung Jokowi di pilpres sebelumnya. Mereka yang pernah setia kepada Jokowi kini beralih ke kandidat lain, yang dianggap lebih mewakili ide dan gagasan yang diusung Jokowi saat pertama kali mencalonkan diri sebagai presiden. 

Mereka menunjukkan bahwa mereka setia kepada ide bukan kepada pribadi. Mereka juga menunjukkan bahwa mereka kritis dan bijak dalam menentukan pilihan politik mereka. Mereka tidak mudah terpengaruh oleh popularitas, propaganda, atau iming-iming kekuasaan. Mereka lebih memperhatikan kinerja, rekam jejak, dan visi-misi dari para calon presiden dan wakil presiden.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun