Basis pendukung Jokowi pun semakin menguat di pilpres 2019. Mereka kembali bersatu untuk mempertahankan Jokowi dari serangan-serangan yang dilancarkan oleh kubu Prabowo, yang kembali mencalonkan diri sebagai presiden. Mereka juga mendapat tambahan dukungan dari beberapa partai politik lain, seperti Partai NasDem, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Mereka juga mendapat sokongan dari tokoh-tokoh nasional, seperti Ma'ruf Amin, yang menjadi calon wakil presiden Jokowi. Dengan modal yang lebih besar, Jokowi kembali menang telak atas Prabowo, dengan perolehan suara sebesar 55,5 persen.
Pelemahan Basis Pendukung Jokowi
Namun, di periode kedua kepemimpinannya, Jokowi mulai menunjukkan perubahan yang cukup drastis. Khususnya lagi dalam gaya kepemimpinan dan kebijakan-kebijakannya. Ia dianggap semakin jauh dari citra yang awalnya dekat dengan rakyat, polos, dan tampak baik hati.
Jokowi kini berubah menjadi king maker yang seolah haus dengan kekuasaan. Ia juga dianggap semakin melupakan ide, gagasan, dan semangat yang diusungnya saat mencalonkan diri sebagai presiden.
Beberapa kebijakan yang diambil oleh Jokowi dianggap kontroversial dan mengecewakan para pendukungnya. Sebut saja pelemahan KPK dengan merevisi Undang-Undang KPK dan membuat KPK tidak independen. Pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja yang diduga terburu-buru dan lebih memihak pengusaha. Sampai dengan "membiarkan" ketua Mahkamah Konstitusi (MK) mengubah ketentuan batas umur calon presiden dan calon wakil presiden yang kemudian terbukti cacat etik. Kemudian "membiarkan" anaknya, Gibran Rakabuming Raka, maju ke gelanggang pilpres melalui putusan MK yang diubah oleh hakim yang nota bene pamannya, Anwar Usman.
Jokowi juga semakin aktif mendulang dukungan dari para elit politik untuk anaknya, yang diduga syarat dengan sandra politik. Ia beberapa kali kedapatan melakukan pertemuan dengan elit partai yang diduga ikut mengonsolidasi pemenangan Gibran. Walau terus menyangkal keberpihakannya, tetapi Jokowi tidak bisa membohongi gelagat atau gerak-geriknya. Masyarakat pun banyak yang menilai Jokowi sebagai "Presiden rasa timses".
Pergantian Basis Pendukung Jokowi
Lantas, ke mana pendukung Jokowi di pilpres 2014 dan 2019? Jawabannya adalah terpecah di tiga kubu. Ada yang tetap ikut memilih pilihan Jokowi, mendukung Prabowo-Gibran. Mereka adalah pendukung yang loyal dan fanatik, yang menganggap Jokowi sebagai sosok yang tidak bisa salah dan harus diikuti. Mereka juga didorong oleh partai-partai pengusung, yang ingin mempertahankan kekuasaan dan kepentingan mereka.
Ada yang beralih memilih Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Mereka adalah pendukung yang kritis dan rasional, yang merasa Jokowi telah berubah dan telah mengkhianati ide serta semangat reformasi. Mereka juga merasa Jokowi telah bersekutu dengan para elit politik korup. Mereka pun kemudian lebih memilih Anies, yang dianggap sebagai sosok yang lebih visioner, cerdas, dan religius. Mereka juga didukung oleh partai-partai oposisi.
Ada juga yang kemudian beralih ke Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Mereka adalah pendukung yang kecewa dan frustrasi, yang masih menghargai ide dan gagasan yang diusung Jokowi, tetapi tidak setia kepada pribadinya. Mereka pun kemudian lebih memilih Ganjar, yang dianggap sebagai sosok yang lebih kompeten, bersih, dan berintegritas. Mereka juga didukung oleh partai-partai yang ingin memberikan alternatif bagi masyarakat Indonesia.