Presiden adalah pemimpin tertinggi sebuah negara yang memiliki tanggung jawab besar untuk menjalankan roda pemerintahan dan memajukan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, seorang presiden harus memiliki kriteria dan karakteristik tertentu yang sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Salah satu kriteria yang penting bagi seorang presiden adalah kemampuan untuk tidak emosian dan pintar berdiplomasi. Mengapa hal ini penting? Karena seorang presiden harus mampu mengambil keputusan yang rasional, objektif, dan berdasarkan data, bukan berdasarkan emosi, prasangka, atau tekanan. Emosi yang tidak terkendali dapat mengaburkan pandangan, merusak hubungan, dan menimbulkan konflik.
Selain itu, seorang presiden juga harus pintar berdiplomasi, yaitu mampu menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri, dengan mengedepankan prinsip saling menghormati, menghargai, dan menguntungkan. Diplomasi adalah seni dan ilmu berkomunikasi dan bernegosiasi untuk mencapai tujuan bersama.
Seorang presiden yang pintar berdiplomasi dapat membangun kerjasama, kemitraan, dan perdamaian dengan negara-negara lain, serta mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa dengan cara damai dan bijaksana.
Beberapa contoh presiden yang tidak emosian dan pintar berdiplomasi adalah:
Soekarno
Presiden pertama Indonesia, yang dikenal sebagai bapak proklamator, bapak bangsa, dan bapak diplomasi. Beliau berhasil memimpin Indonesia meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda dan Jepang, serta menginisiasi Konferensi Asia Afrika, yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok, sebuah organisasi yang beranggotakan negara-negara berkembang yang tidak ingin terlibat dalam perang dingin antara blok Barat dan Timur.
Barack Obama
Presiden ke-44 Amerika Serikat, yang dikenal sebagai presiden kulit hitam pertama dan penerima Nobel Perdamaian tahun 2009. Beliau berhasil mengakhiri perang di Irak dan Afghanistan, menormalisasi hubungan dengan Kuba, menandatangani perjanjian nuklir dengan Iran, serta memimpin perundingan iklim global yang menghasilkan Paris Agreement.
Angela Merkel
Kanselir Jerman sejak tahun 2005, yang dikenal sebagai pemimpin wanita paling berpengaruh di dunia. Beliau berhasil membawa Jerman menjadi negara terkuat di Eropa, mengatasi krisis ekonomi dan migran, serta memainkan peran penting dalam menyelesaikan konflik di Ukraina, Suriah, dan Libya.
Dari contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa seorang presiden yang tidak emosian dan pintar berdiplomasi dapat membawa dampak positif bagi negara dan dunia. Sebaliknya, seorang presiden yang emosian dan tidak pandai berdiplomasi dapat menimbulkan dampak negatif, seperti ketegangan, konfrontasi, dan perang.
Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai rakyat untuk memilih presiden yang tidak emosian dan pintar berdiplomasi pada Pemilu Presiden 2024. Kita harus cerdas dan kritis dalam menilai kandidat-kandidat yang muncul, serta tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang tidak berdasar. Kita harus memilih presiden yang dapat mewakili aspirasi dan kepentingan rakyat, serta dapat membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju, adil, dan sejahtera.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H