Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Editor - Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pentingnya Seorang Presiden yang Tidak Emosian dan Pintar Berdiplomasi

8 Januari 2024   06:25 Diperbarui: 22 Januari 2024   16:40 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: kreasipribadi, sumber utama: wikipedia.com

Presiden adalah pemimpin tertinggi sebuah negara yang memiliki tanggung jawab besar untuk menjalankan roda pemerintahan dan memajukan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, seorang presiden harus memiliki kriteria dan karakteristik tertentu yang sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Salah satu kriteria yang penting bagi seorang presiden adalah kemampuan untuk tidak emosian dan pintar berdiplomasi. Mengapa hal ini penting? Karena seorang presiden harus mampu mengambil keputusan yang rasional, objektif, dan berdasarkan data, bukan berdasarkan emosi, prasangka, atau tekanan. Emosi yang tidak terkendali dapat mengaburkan pandangan, merusak hubungan, dan menimbulkan konflik.

Selain itu, seorang presiden juga harus pintar berdiplomasi, yaitu mampu menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri, dengan mengedepankan prinsip saling menghormati, menghargai, dan menguntungkan. Diplomasi adalah seni dan ilmu berkomunikasi dan bernegosiasi untuk mencapai tujuan bersama.

Seorang presiden yang pintar berdiplomasi dapat membangun kerjasama, kemitraan, dan perdamaian dengan negara-negara lain, serta mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa dengan cara damai dan bijaksana.

Beberapa contoh presiden yang tidak emosian dan pintar berdiplomasi adalah:

Soekarno

Presiden pertama Indonesia, yang dikenal sebagai bapak proklamator, bapak bangsa, dan bapak diplomasi. Beliau berhasil memimpin Indonesia meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda dan Jepang, serta menginisiasi Konferensi Asia Afrika, yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok, sebuah organisasi yang beranggotakan negara-negara berkembang yang tidak ingin terlibat dalam perang dingin antara blok Barat dan Timur.

Barack Obama

Presiden ke-44 Amerika Serikat, yang dikenal sebagai presiden kulit hitam pertama dan penerima Nobel Perdamaian tahun 2009. Beliau berhasil mengakhiri perang di Irak dan Afghanistan, menormalisasi hubungan dengan Kuba, menandatangani perjanjian nuklir dengan Iran, serta memimpin perundingan iklim global yang menghasilkan Paris Agreement.

Angela Merkel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun