Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Editor - Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Keluarga: Jangan Bersedih, Purnama [Bagian 2 Selesai]

1 Desember 2023   00:00 Diperbarui: 10 Desember 2023   21:26 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang penjaga kios menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Ia lalu membuka sebuah kain penutup kanvas lukisan dan menempelkan lukisan itu di dalam ruko. “Ingat, keluarga itu segalanya, gue rela jual barang-barang ilegal ini, sampai berhubungan sama hukum, sama aparat, itu demi mereka. Gue butuh mereka,” kata sang penjaga.

Purnama tak membalas ujaran penjaga kios itu, ia masih saja termenung.

“Pulanglah, lu gak bisa terus begini. Lu jangan ninggalin keluarga lu itu. Ingat lari dari masalah gak akan menyelesaikan masalah, itu bukan solusi. Keluarga lu mungkin salah, sudah maafin mereka, cukup. Selain lu butuh mereka, percayalah mereka juga ngebutuhin lu,” kata sang penjaga kios.

Melihat yang diceramahinya masih saja diam ia lalu pergi ke dalam kios, mengatur posisi simetris lukisan yang baru digantungnya, meninggalkan Purnama di beranda kios.

Purnama tertegun. Menggema perkataan penjaga kios tadi. Keluarga masih membutuhkannya, Ayah dan Melati masih membutuhkan keberadaan Purnama. Purnama lalu pergi ke dalam kios, tampak lebih berenergi saat membereskan buku di sana.

Ketika sedang membereskan buku, ia melihat sebuah lukisan yang baru digantung oleh penjaga kios tadi. Lukisan bertema keluarga, namun latar belakangnya penuh dengan warna gelap.

Purnama tiba-tiba merasa tidak asing dengan potret empat orang di lukisan itu. Sepasang suami istri dan dua orang anak di tengahnya, laki-laki dan perempuan. “Ini lukisan dapat dari mana Koh?” tanya Purnama kemudian.

“Oh gue dapat beli dari bapak-bapak, beberapa hari yang lalu, sebelum lu ke sini. Kasihan, malam-malam jual lukisan duduk di pinggiran jalan dia, gak tega gue ngelihatnya." Purnama masih terdiam. Ia meraba tekstur lukisan itu.

"Kebetulan gue juga lagi cari lukisan temanya tentang keluarga dan pas di lukisannya ada 2 anak, laki perempuan, mirip kan kayak keluarga gue. Walau anak-anak gue masih pada kecil-kecil. Di lukisan ini kan kayak udah pada kuliah." Purnama mendengarkan penjelasan penjaga kios.

"Tapi ya, sekadar buat ngingetin gue ke mereka aja. Buat nambah semangat gue cari cuan, buat nambah hoki ini kios. Jadi ya karena alesan itu akhirnya gue beli ini lukisan.”

Purnama tahu keempat sosok yang ada di lukisan itu siapa. Walau lukisan itu tampak baru selesai, namun goresan di permukaan kanvasnya, perpaduan warna yang digunakannya sangat ia kenal. Bahkan ia tahu lukisan ini adalah lukisan yang ditumpuk, masih tampak baginya jejak-jejak lukisan pertama di kanvasnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun