Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Editor - Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Keluarga: Jangan Bersedih, Purnama [Bagian 2 Selesai]

1 Desember 2023   00:00 Diperbarui: 10 Desember 2023   21:26 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Astaga! Tak sudi aku! Keluar kau! Keluar, sekarang juga!”

Ibu seketika keluar. Ia lalu menghampiri Purnama yang masih menatap pria berkaca mata, berjas, dan berdasi necis itu. “Maafkan Ibu sayang, Ibu jamin novelmu akan segera terbit, tapi Ibu harus pergi,” kata Ibu dalam tangisnya sambil mencium kening Purnama.

Ibu dan pria itu lalu masuk kembali ke dalam mobil kemudian pergi. Tak lama berselang terdengar kembali suara gaduh dari dalam galeri. Ayah mengamuk. “Kenapa ini? Apa salahku Tuhan!” teriak Ayah berulang kali.

Purnama masih mematung di depan galeri. Ibu, Ayah, dan pria bermobil Jerman itu, semua kejadian berlalu dengan sangat cepat. Emosi yang terus ditahan Purnama tak kunjung mereda. Dinding rumah di belakangnya seketika jadi sasaran, blaaaar.

Di dalam galeri Ayah masih terdengar mengamuk, lalu mereda dan terdengar jerit tangis pecah darinya.

Di depan rumah tampak Melati baru datang lalu berlari menghampiri kakaknya itu.

“Ada apa ini kak?” tanya Melati.

Dari dalam galeri terdengar Ayah menjerit dan menjerit, lalu terdengar menangis. Melati tampak bingung, tak mendapatkan jawaban dari sang kakak Melati kemudian masuk ke dalam galeri. Purnama masih terpaku, badannya bergetar.

“Aaarggh!” Purnama meninju lagi dinding di belakangnya itu, dua kali, tiga kali, lima kali! Tembok yang kokoh itu kemudian tampak bergetar, sedikit mengelupas, dan meninggalkan bercak merah darah. Purnama lalu pergi.

Dengan hati penuh emosi, Purnama meninggalkan Ayah, adik, dan rumah penuh hal mengecewakan itu. Novel yang sedari tadi dipegang Purnama pun sudah rusak berantakan.

Tak ada orang yang bisa dipercayanya lagi. Ibu yang selalu ada di hidupnya kini meninggalkan keluarganya begitu saja, meninggalkan luka yang sangat dalam. Orang yang akan membantu penerbitan novelnya pun, Ayah sang teman, diam-diam telah menjadi benalu di dalam keluarganya. Purnama akhirnya sadar alasan kenapa dia mau membantu menerbitkan novel bututnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun