Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Editor - Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tanya Jawab Pendidikan: Teori Belajar sampai Konsep Fixed-Growth Mindset

6 November 2023   01:12 Diperbarui: 9 November 2023   14:57 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Apa itu belajar?

Menurut Schunk (2012) belajar memiliki arti perubahan perilaku yang bertahan lama atau dalam kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari latihan atau bentuk lain dari pengalaman. Senada dengan Schunk, Ernest R. Hilgard (Sumardi Suryabrata, 1984) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan. Sementara itu, menurut Syaiful dan Aswan (2014) belajar merupakan perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.

Dari beberapa penjelasan serta batasan-batasan definisi belajar di atas, maka dapat ditarik sebuah simpulan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah proses yang disengaja dalam usaha mengubah satu kondisi menuju kondisi yang lain (yang secara nilai lebih baik) melalui serangkaian pengalaman atau/dan latihan.

  • Bagaimana belajar dilihat dari beberapa sudut pandang teori belajar (behaviorism, social-cognitivism, constructivism)?

Teori behaviorisme merupakan teori yang berbicara tentang pola atau proses pembelajaran yang bisa terjadi karena adanya stimulus serta respons. Dalam pembelajaran di kelas kaitannya saat guru memberi stimulus atau pengondisian tertentu kepada murid dengan harapan bisa memicu perubahan tingkah laku murid.

Ilustrasi terkenal yang menggambarkan teori behaviorisme ini adalah perubahan perilaku seekor anjing yang meneteskan air liur ketika bel tanda makanan dibunyikan (Ivan P. Pavlov). Kemudian ilustrasi perubahan perilaku seekor tikus yang mendapatkan makanan atas eksplorasinya di kandang secara mandiri (B.F. Skinner).

Kemudian, teori sosial kognitif merupakan teori belajar yang menjelaskan bahwa lingkungan sosial juga bisa menjadi faktor penentu berhasil tidaknya proses pembelajaran. Teori ini juga merupakan buah atas kritikan teori behaviorisme. Di dalamnya terdapat tiga hal penting, yaitu perilaku, kognitif, dan lingkungan yang saling memengaruhi satu sama lain.

Teori belajar ini menekankan pada konsep pembelajaran yang terjadi atas dasar peniruan individu kepada individu lain, yang dikenal dengan istilah modeling. Tokoh terkenal dalam teori belajar sosial kognitif adalah Bandura.

Selanjutnya teori belajar yang ketiga, konstruktivisme. Teori ini berfokus pada proses pembelajaran yang didasari atas pengalaman. Teori konstruktivisme secara umum mengatakan bahwa pembelajaran akan semakin dalam dan kuat apabila diuji oleh berbagai pengalaman baru. Teori ini juga memandang interaksi sosial sebagai salah satu bagian penting yang memengaruhi proses belajar seseorang.

Tokoh dari teori konstruktivisme adalah Vygotsky. Ia merupakan pencetus konsep ZPD (Zone of Proximal Development), suatu konsep tingkatan yang bisa dicapai oleh seseorang ketika melakukan perilaku/interaksi sosial. Vygotsky sendiri mendasarkan teori belajarnya pada konsep scaffolding, yaitu kondisi ketika guru membantu atau mendukung murid dalam pembelajaran dan secara bertahap mengurangi dukungan serta bantuannya tersebut.

  • Seperti apakah konsep motivasi belajar, jika ditinjau berdasarkan kebutuhan, tujuan, emotional-interest, dan keterampilan regulasi diri?

Berdasarkan kebutuhan. Motivasi dalam belajar dapat ditinjau dari perspektif kebutuhan. Abraham Maslow mengatakan bahwa pada dasarnya manusia dimotivasi oleh 5 kebutuhan penting yang kemudian bisa digambarkan dalam bentuk piramida. Tingkatan paling dasar adalah kebutuhan fisiologis berupa makanan, pakaian, dll; tingkatan selanjutnya adalah rasa aman berupa keteraturan, stabilitas, dll; lalu sosial berupa afeksi (kasih sayang), relasi, dll; kemudian penghargaan berupa pencapaian, status, dll; dan terakhir aktualisasi diri berupa pengembangan diri, pemenuhan ideologi, dll.

Berdasarkan tujuan. Tujuan dari motivasi belajar adalah untuk memperjelas maksud atau goal akhir dari pembelajaran yang sedang dilakukan. Dari sini diharapkan akan terus mengalir energi positif dan semangat bagi murid dalam melalui proses pembelajaran. Sebagaimana yang disampaikan Sardiman (2016), motivasi belajar memiliki tiga fungsi utama, yang salah satunya adalah untuk mendorong manusia berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

Berdasarkan emotional-interest. Minat merupakan salah satu faktor internal yang menyebabkan mudah-sulitnya murid dalam melakukan pembelajaran sehingga pada gilirannya akan berdampak pada hasil belajar. Sebab minat merupakan hal yang mengarahkan perbuatan kepada sesuatu. Dalam diri manusia terdapat dorongan yang menuntut untuk berinteraksi langsung dengan dunia di luar dirinya, sehingga apa yang diminati olehnya dapat memberikan dorongan untuk bisa berbuat lebih giat dan lebih baik.

Berdasarkan regulasi diri. Regulasi diri merupakan faktor penting bagi murid untuk memperoleh prestasi yang maksimal. Regulasi diri dalam hal ini dibutuhkan murid agar ia mampu mengatur dan mengarahkan dirinya sendiri, mampu menyesuaikan dan mengendalikan diri, utamanya saat berhadapan dengan persoalan yang sukar diselesaikan. Regulasi diri pada akhirnya akan memengaruhi proses belajar, dan akan menjadi bahan bakar untuk terus mengembangkan serta mempertahankan nilai-nilai positif dalam belajar.

  • Bagaimana konsep paradigma pola pikir personal growth mindset dan fixed mindset?

Fixed mindset merupakan pola pikir tetap. Hal ini terjadi ketika seseorang sudah tidak percaya lagi bahwa dirinya dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan/bakat. Seorang murid dengan fixed mindset akan takut mencoba sekali pun diberi kesempatan oleh gurunya. Pola pikir seperti ini yang akan menjadi sumber turunnya motivasi belajar murid.

Sementara growth mindset merupakan pola pikir berkembang. Hal ini terjadi ketika seseorang memiliki keyakinan bahwa kecerdasan mereka akan tumbuh seiring dengan waktu dan pengalaman. Mereka percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih pintar, karena setiap upaya yang mereka lakukan akan berdampak pada keberhasilan. Pada akhirnya mereka akan bersedia untuk meluangkan waktu lebih agar bisa mencapai keberhasilan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun