Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Editor - Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Guru Aini: Mereka yang Bertahan adalah yang Benar-Benar Belajar

4 Februari 2023   12:00 Diperbarui: 8 November 2023   00:42 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru Aini merupakan novel pertama dari trilogi Guru Aini karya Andrea Hirata, maestro prosa asal Belitung. Bercerita tentang perjuangan seorang guru cerdas nan idealis mengajar di pedalaman pulau Tanjong Hampar, di ujung selatan pulau Sumatera. Pertama terbit tahun 2020, oleh Bentang Pustaka. Memuat 306 halaman dan memiliki rating 4,52 di goodreads (3/2/2023).

Membaca novel Guru Aini akan membawa kita ke dalam realitas pendidikan Indonesia yang penuh ironi. Di dalamnya kita akan diperkenalkan dengan beberapa tokoh, dengan lika liku pendidikannya yang super duper unik dan inspiratif. Sebut saja tokoh guru Desi Istiqomah yang istiqamah seperti namanya, Debut Awaludin si genius matematika, dan Nuraini (Aini) si pembelajar berhati baja.

Dari Trio Matematikos (mengambil gabungan istilah yang ada dalam novel) inilah para pembaca akan diberikan sebuah perspektif tentang bagaimana relasi antara guru dan murid, kekuatan cita-cita dan harapan, serta pemaknaan ilmu pendidikan dan implikasinya terhadap kehidupan.

  • Guru Desi, Killer, Matematikawan, dan Sang Idealis

Sudah bukan hal baru lagi bahwa guru merupakan profesi yang dianggap penuh problema. Bagaimana tidak, di satu sisi guru dianggap sebagai profesi yang sangat penting, tetapi di sisi lain guru dianggap sebagai profesi yang kerap--secara langsung maupun tidak langsung--diremehkan dan tidak dihargai. Ini jugalah yang akan kita temukan dalam Guru Aini.

Walau demikian, melalui salah satu tokoh/karakter utama dari novel Guru Aini-lah jutru kita akan menemukan semangat dedikasi seseorang yang benar-benar mencintai ilmu dan pendidikan. Seorang guru yang peduli kepada murid dan selalu berusaha menularkan semangat belajarnya kepada anak didiknya.

Desi Istiqomah diceritakan adalah seorang genius matematika yang ingin menjadi guru setelah termotivasi oleh guru matematikanya di masa SMA. Keinginan Desi sangat kuat, bahkan upaya pencegahan yang dilakukan sang ibu tidak bisa meruntuhkan keinginannya tersebut. Karena idealisme itu jugalah, Desi yang pada awal kelulusannya di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) ditugaskan di salah satu kota besar lebih memilih sekolah di pedalaman pulau Tanjong Hampar.

Dari Guru Desi inilah pembaca kemudian akan memahami bahwa profesi guru tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Mereka yang memilih profesi ini harus benar-benar memiliki passion dan minat yang tinggi kepada dunia pendidikan. Selain itu, seorang guru juga harus memiliki integritas terhadap keilmuan yang diampunya. Harus menjadi ahli dan harus mampu memberikan beragam solusi dalam menghadirkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi murid.

Jika seorang guru tidak memiliki itu semua maka pembelajaran yang disajikan dapat dipastikan kering, statis, dan tidak memberikan kesan berarti bagi murid. Hal ini pun dapat terlihat dari beberapa rekan kerja Guru Desi di sekolah. Guru-guru yang sekadar mengajar untuk melunturkan kewajiban, guru-guru yang terpaksa dan tersiksa karena mengajar di luar bidang ilmunya, persis seperti kejadian di dunia nyata.

Di luar itu semua, menjadi guru ideal seperti Guru Desi biasanya akan berimbas pada uniknya karakter guru itu sendiri. Secara tidak sadar sang guru akan memiliki kesan killer, lebih serius, dan eksentrik/out of the box, cenderung aneh. Bahkan, tak jarang guru dengan karakter seperti Guru Desi sering tidak disukai murid. Ini terbukti dari tersematnya julukan nyeleneh dari murid-murid kepada Guru Desi, lebih lagi yang tidak menyukai pelajaran matematika. Mereka menyebut Guru Desi dengan julukan Guru Desi-Mal.

Satu-satunya kebahagiaan guru dengan karakter seperti Guru Desi ini adalah ketika mendapati ada murid yang sama jenius seperti dirinya. Seperti menemukan mutiara ditumpukan jerami. Ini jugalah yang dirasakan Guru Desi ketika di kelasnya ternyata ada murid cemerlang dalam ilmu matematika bernama Debut Awaludin.

  • Si Genius, Debut Awaludin vs Aini, Si Pembelajar Berhati Baja

Debut Awaludin adalah salah satu murid SMA, seorang jenius matematika di sekolah tempat guru Desi mengajar. Dia hadir di tahun-tahun awal guru Desi bertugas di kampung Ketumbi di pedalaman pulau Tanjung Hampar. Keberadaan Debut menyalakan gairah Guru Desi dalam memberikan pengajaran.

Guru Desi kemudian mempersiapkan segala daya upaya untuk menghadirkan kawah candradimuka untuk menggembleng sang Debut. Semua itu, tentu agar bisa memaksimalkan potensi yang ada pada diri anak didiknya, menjadi seorang master, menjadi ksatria bersenjata matematika, minimal di kampung tersebut.

Akan tetapi, sayang seribu sayang niat tulus Guru Desi untuk menggembleng sang genius tidak terwujud. Debut Awaludin merupakan genius matematika sekaligus anak muda yang naif. Ia lebih memilih untuk tidak mengembangkan potensinya dan malah memilih terlena dengan riuh rendahnya kehidupan Rombongan 9, sekelompok murid di kelas guru Desi yang tidak menyenangi matematika.

Dua belas tahun berlalu, Debut yang kini berjualan buku didamprat oleh seorang murid SMA, Nuraini (Aini). Aini adalah salah satu murid dari Guru Desi yang merasa tidak pernah berkawan dengan matematika. Ia sudah sekuat tenaga mempelajari beragam rumus, beragam konsep untuk memahami dunia angka tersebut, tetapi yang ada hanyalah rasa mual dan rasa pening di kepala.

Hal inilah yang diluapkan Aini kepada sang genius matematika. Aini yang tidak mempunyai bakat sungguh-sungguh ingin belajar matematika dari Guru Desi, tetapi sang Debut, yang lahir dengan bakat matematika malah menyia-nyiakan gemblengan dari sang mahaguru. Sebuah ironi.

Inilah Aini. Seorang murid SMA yang tidak mempunyai bakat pada matematika, memilih untuk berjuang menaklukkannya karena sebuah cita-cita mulia. Aini bertekad untuk menaklukkan matematika karena ia meyakini bahwa matematika adalah induk dari semua ilmu. Dengan matematika maka logika akan terasah, dengan matematika pola pikir yang ajeg akan terbentuk, dan dengan matematika pula semua perhitungan dalam kehidupan bisa diperkirakan dengan penuh kecermatan.

Dalam pelajaran matematika Aini dikenal sebagai orang yang berkawan dengan angka biner. Setiap nilai yang didapat selalu saja di dua angka, jika tidak satu maka nol. Hal ini pun hampir membuat guru Desi putus asa. Segala daya upaya telah dilakukannya agar Aini sadar bahwa matematika bukan satu-satunya jalan untuk hidupnya. Namun, Aini adalah orang yang keras kepala. Ia kekeh dan yakin dengan matematika dan semua itu demi cita-cita mulianya.

  • Pros-Cons: Mereka yang Bertahan adalah yang Benar-Benar Belajar

Novel Guru Aini merupakan novel yang cukup ringan untuk dibaca oleh semua kalangan dan memiliki pesan yang syarat akan renungan. Lebih lagi bagi pembaca yang bergelut di dunia pendidikan atau mungkin praktisi pendidikan itu sendiri, guru. Walau demikian novel Guru Aini secara alur penceritaan menurut subjektif penulis rasa-rasanya terlalu terburu-buru, setiap bagian rasanya berpindah dengan sangat cepat, seperti pengin cepat-cepat menuju ending cerita. 

Penggambaran guru Desi pun terasa sangat sempurna (kurang manusiawi). Akan tetapi, semua itu bisa tidak begitu berarti karena cerita tetap berfokus pada kehidupan sang Aini yang penuh dengan lika-liku, naik turun hidup seorang manusia. Dari Aini jugalah kita belajar bahwa saat dihantam realitas kehidupan itu bukan satu alasan untuk membuat kita terpuruk dan menyalahkan keadaan. Sedih boleh, kecewa boleh, tetapi kehidupan terus berlanjut. Ingat, mereka yang bertahan adalah yang benar-benar belajar.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun