Guru Desi kemudian mempersiapkan segala daya upaya untuk menghadirkan kawah candradimuka untuk menggembleng sang Debut. Semua itu, tentu agar bisa memaksimalkan potensi yang ada pada diri anak didiknya, menjadi seorang master, menjadi ksatria bersenjata matematika, minimal di kampung tersebut.
Akan tetapi, sayang seribu sayang niat tulus Guru Desi untuk menggembleng sang genius tidak terwujud. Debut Awaludin merupakan genius matematika sekaligus anak muda yang naif. Ia lebih memilih untuk tidak mengembangkan potensinya dan malah memilih terlena dengan riuh rendahnya kehidupan Rombongan 9, sekelompok murid di kelas guru Desi yang tidak menyenangi matematika.
Dua belas tahun berlalu, Debut yang kini berjualan buku didamprat oleh seorang murid SMA, Nuraini (Aini). Aini adalah salah satu murid dari Guru Desi yang merasa tidak pernah berkawan dengan matematika. Ia sudah sekuat tenaga mempelajari beragam rumus, beragam konsep untuk memahami dunia angka tersebut, tetapi yang ada hanyalah rasa mual dan rasa pening di kepala.
Hal inilah yang diluapkan Aini kepada sang genius matematika. Aini yang tidak mempunyai bakat sungguh-sungguh ingin belajar matematika dari Guru Desi, tetapi sang Debut, yang lahir dengan bakat matematika malah menyia-nyiakan gemblengan dari sang mahaguru. Sebuah ironi.
Inilah Aini. Seorang murid SMA yang tidak mempunyai bakat pada matematika, memilih untuk berjuang menaklukkannya karena sebuah cita-cita mulia. Aini bertekad untuk menaklukkan matematika karena ia meyakini bahwa matematika adalah induk dari semua ilmu. Dengan matematika maka logika akan terasah, dengan matematika pola pikir yang ajeg akan terbentuk, dan dengan matematika pula semua perhitungan dalam kehidupan bisa diperkirakan dengan penuh kecermatan.
Dalam pelajaran matematika Aini dikenal sebagai orang yang berkawan dengan angka biner. Setiap nilai yang didapat selalu saja di dua angka, jika tidak satu maka nol. Hal ini pun hampir membuat guru Desi putus asa. Segala daya upaya telah dilakukannya agar Aini sadar bahwa matematika bukan satu-satunya jalan untuk hidupnya. Namun, Aini adalah orang yang keras kepala. Ia kekeh dan yakin dengan matematika dan semua itu demi cita-cita mulianya.
- Pros-Cons: Mereka yang Bertahan adalah yang Benar-Benar Belajar
Novel Guru Aini merupakan novel yang cukup ringan untuk dibaca oleh semua kalangan dan memiliki pesan yang syarat akan renungan. Lebih lagi bagi pembaca yang bergelut di dunia pendidikan atau mungkin praktisi pendidikan itu sendiri, guru. Walau demikian novel Guru Aini secara alur penceritaan menurut subjektif penulis rasa-rasanya terlalu terburu-buru, setiap bagian rasanya berpindah dengan sangat cepat, seperti pengin cepat-cepat menuju ending cerita.Â
Penggambaran guru Desi pun terasa sangat sempurna (kurang manusiawi). Akan tetapi, semua itu bisa tidak begitu berarti karena cerita tetap berfokus pada kehidupan sang Aini yang penuh dengan lika-liku, naik turun hidup seorang manusia. Dari Aini jugalah kita belajar bahwa saat dihantam realitas kehidupan itu bukan satu alasan untuk membuat kita terpuruk dan menyalahkan keadaan. Sedih boleh, kecewa boleh, tetapi kehidupan terus berlanjut. Ingat, mereka yang bertahan adalah yang benar-benar belajar.***
- Penulis: Dede Rudiansah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H